Kapitalisme Outsourcing
credit |
Melihat berita TV mengenai demo buruh, kilas balik 'derita' sebagai buruh outsourcing di dua perusahaan berbeda berkelebat di kepala saya. Hal ini juga menjadi salah satu faktor utama mengapa akhirnya saya berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga.
Lulus dari perguruan tinggi milik salah satu yayasan perusahaan minyak dengan IP sangat memuaskan, tidak menjamin bahwa perusahaan akan menghargai skill karyawan outsourcing.Ketika baru melamar pekerjaan, mau tidak mau, freshgraduate hanya bisa duduk di kursi outsourcing.
Gaji minim, itu pasti. Bukan sekedar masalah gaji, namun juga masalah lembur.
Di perusahaan A, saya wajib masuk tiap hari Sabtu, tanpa boleh mengklaim lembur. Bisa dibayangkan kantor yang tidak beroperasi di hari Sabtu, AC tidak menyala, dan hanya saya sendiri yang bekerja.
Jika saya terpaksa pulang lembur karena dikejar deadline report, jangan harap saya juga bisa meng-klaim lembur tersebut.
Lapor ke pihak perusahaan outsourcing saya? Yang ada hanya jawaban, kalau tidak di-approve atasan tempat saya bekerja, kami juga tidak bisa membantu. See?
Ketika pindah ke perusahaan B, dengan gaji yang cukup lumayan, sesuai UMR di kota saya, ternyata tidak menjamin juga karyawan outsourcing diperlakukan adil.
Saya ingat ketika melahirkan Little Bee, dengan kondisi akan melahirkan secara normal yang tidak memungkinkan, mau tidak mau saya harus menjalani operasi cesar. Selama saya bekerja, kartu kesehatan merupakan barang langka. Padahal boleh dibilang, klaimnya pun tidak seberapa. Hingga saya melahirkan, kartu tersebut tidak saya terima. Akhirnya saya harus membayar penuh operasi cesar tersebut tanpa bisa di-klaim sama sekali. Sedangkan suami saya juga karyawan rendahan pula, walaupun lebih baik dari saya.
Sebisa mungkin selama bekerja, saya benar-benar menjaga kesehatan, supaya tidak bingung harus membayar. Seperti kata orang, yang miskin tidak boleh sakit.
Di perusahaan ini, saya diperlakukan lebih semena-mena lagi. Kesenjangan karyawan permanen dan outsourcing begitu terasa, berbeda ketika di perusahaan A yang sering mengadakan outbond untuk seluruh karyawannya agar tidak terjadi kesenjangan.
Jika saya melakukan kesalahan, maka siap-siap saja saya langsung dilaporkan ke pusat. Tak masalah bagi saya, jika saya memang melakukan kesalahan pada PEKERJAAN saya, misalnya telat membuat report atau salah memasukkan data yang fatal. Namun yang dilaporkan tak lain tak bukan dikarenakan masalah pribadi. Karena atasan X tidak menyukai saya, mulailah ia mencari kesalahan saya, padahal tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Kenapa? Karena saya hanyalah karyawan outsourcing dan X adalah karyawan permanen. X tersebut tidak pernah menegur langsung saya atas kesalahan saya, itupun saya ketahui ketika atasan saya memberitahu saya secara diam-diam. Oh ya, sudahkah saya beritahu bahwa X itu bukan atasan saya? Melainkan atasan di departemen lain?
Mungkin X memang sudah dasarnya memiliki karakter antagonis seperti di sinetron, tapi ia tidak akan mudah berbuat semena-mena pada saya, jikalau saya juga karyawan permanen kan?
Ketidakadilan ini pernah saya ceritakan disini.
Bertahun-tahun mengabdi menjadi karyawan outsourcing, juga tidak menjamin, perusahaan akan senang hati mengangkat menjadi karyawan permanen. Jangan ditanya teman-teman saya yang sudah hampir satu dasawarsa mengabdi.
Namun, ternyata ketika baru dua tahun mengabdi, tiba-tiba saya harus menghadapi kenyataan pahit oleh keputusan perusahaan yang semena-mena.
Ketika perusahaan B tiba-tiba menghapus departemen tempat saya bernaung seluruh Indonesia. Puluhan orang tidak beruntung akhirnya dihentikan kontraknya begitu saja, kecuali karyawan permanen. Tanpa pesangon karena diberhentikan sesuai tanggal pada kontrak. Termasuk saya. Ok fine, tidak masalah jika ada pemberitahuan jauh-jauh hari sebelumnya, toh saya punya skill, saya yakin dimana saja saya bisa bekerja.
Namun pemberitahuan hanya seminggu sebelumnya. Bagaimana saya bisa sempat melamar pekerjaan ke tempat lain?
Lucunya, ketika hari terakhir kontrak itu saya pamit, saya diminta untuk bekerja beberapa hari lagi, supaya gaji saya penuh. Ooooh, saya sudah diberhentikan begitu saja, terus saya masih rela bekerja untuk perusahaan yang tidak butuh saya lagi? Masalahnya, saya bukan malaikat. Saya punya harga diri.
Mengadu pada pihak perusahaan outsourcing? Mereka bahkan tidak memberikan solusi apapun. Lalu saya harus mengadu pada siapa?
Disitulah titik balik saya, bertekad tidak akan bekerja lagi, selain untuk diri saya sendiri.
Namun, ternyata ketika baru dua tahun mengabdi, tiba-tiba saya harus menghadapi kenyataan pahit oleh keputusan perusahaan yang semena-mena.
Ketika perusahaan B tiba-tiba menghapus departemen tempat saya bernaung seluruh Indonesia. Puluhan orang tidak beruntung akhirnya dihentikan kontraknya begitu saja, kecuali karyawan permanen. Tanpa pesangon karena diberhentikan sesuai tanggal pada kontrak. Termasuk saya. Ok fine, tidak masalah jika ada pemberitahuan jauh-jauh hari sebelumnya, toh saya punya skill, saya yakin dimana saja saya bisa bekerja.
Namun pemberitahuan hanya seminggu sebelumnya. Bagaimana saya bisa sempat melamar pekerjaan ke tempat lain?
Lucunya, ketika hari terakhir kontrak itu saya pamit, saya diminta untuk bekerja beberapa hari lagi, supaya gaji saya penuh. Ooooh, saya sudah diberhentikan begitu saja, terus saya masih rela bekerja untuk perusahaan yang tidak butuh saya lagi? Masalahnya, saya bukan malaikat. Saya punya harga diri.
Mengadu pada pihak perusahaan outsourcing? Mereka bahkan tidak memberikan solusi apapun. Lalu saya harus mengadu pada siapa?
Disitulah titik balik saya, bertekad tidak akan bekerja lagi, selain untuk diri saya sendiri.
credit |
Nasib karyawan outsourcing bukan hanya milik buruh saja, namun juga milik kuli kantor. Kantor megah, dengan resepsionis dan customer service yang cantik rupawan, ruangan kantor menawan, tidak menjamin kami para karyawan outsourcing menikmatinya, kami hanya bisa menjerit di dalam hati, menahan nurani akan ketidakadilan.
Penjajahan ternyata tidak berhenti ketika Indonesia merdeka, namun kini penjajahan hadir dalam bentuk yang lebih modern : OUTSOURCING.
emang ga adil banget ya say.. perusahaan memeras tenaga para pegawai OS tp ga memberikan hak2 mereka dgn layak.. Apa bedanya ma penjajah jaman dulu ya.. :(
BalasHapussungguh tragis memang nasib karyawan outsourcing ya mba.... menyedihkan... banyak temanku yang mengalami ini... aku sendiri juga pernah mengalami pahitnya diskriminasi dulu, waktu msh bekerja di perusahaan swasta yang mayoritasnya chinese. Huh, pahit deh.... ntar bikin postingan ah...:)
BalasHapusHaduh... miris banget yah Mbak. Awal-awal dulu suami juga ngalami itu, tapi akhirnya dia milih keluar dan buka bisnis sendiri.
BalasHapusIkut prihatin banget deh dengan berbagai kasus OS ini, sekarang gi ramai banget demonya yah.
iyaaa mbak..miris lihatnya. di prusahaan papa saya bekerja,kyknya jga sprti itu. biz,sring dgr crta dri papa. kdg,bnyk yg mmlih brhnti..
BalasHapus*pukpuk*
BalasHapusHari ini aku juga dapet kabar dari suamih kalo kantor tempatnya bekerja sedang bergejolak. Outsource vs Karyawan tetap vs Management ... rame tampaknya...
yaa untungnya sih dia karyawan tetap... but still... kalo ribut begini sih, semua kena dampak... Smoga cepat teratasi...
Kalo udah gini... bersyukur aja masih bisa bekerja... :-|
wah, ternyata selama ini saya salah paham tentang permasalahan outsourcing ini. pikirnya permasalahannya lebih ke ancaman terhadap keberadaan karyawan tetap, ternyata lebih kepada kurangnya keadilan terhadap karyawan outsourcing.
BalasHapusnggak enak banget ya jadi karyawan outsourcing
memang sunnah rosul itu berniaga aja say.. jadi pengusaha , berdagang jadi semua kita yg ngatur.. :D
BalasHapusprihatin dengan mu say..
pertama saya kerja jg begitu, lalu saya tinggalkan , dan mencari yang baru.. sampai bertemu sang pangeran yang menyuruh saya stay di rumah aja.
kalo disini malah banyak yang suka kerja jadi karyawan outsourcing gitu, istilahnya freelancer/contractor. karena biasanya rate per hour nya jauuuhhh lebih tinggi dari kita yang karyawan permanen. emang mereka gak dapet benefit2, tapi kalo bisa dapet job terus sih gede banget gajinya. hehee.
BalasHapusDan di tempat saya menjemput rejeki sekarang ini, masih mempekerjakan karyawan outsourcing. Mudah-mudahan demo kemarin membawa angin segar bagi mereka, rekan kerja outsourcing, bagaimanapun beban kerja dan tanggung jawab mereka sama dengan karyawan permanen lainnya, karenanya mereka berhak atas apa yang dinikmati karyawan permanen.
BalasHapusnamanya juga fresh graduate
BalasHapusanggap saja sedang mengasah kemampuan di dunia kerja yang nyata
yang seringkali beda dengan apa yang didapat di sekolah
jangan pikirin hasilnya dulu dong
yang penting bikin jaringan
setelah itu ga perlu cari cari kerja lagi
kita yang dicariin kan..?
Menurut gw nih sebenernya masalahnya bukan pada outsourcingnya tapi pada sistem menjalankannya. Bekerja pada sebuah perusahaan outsourcing kan sama aja dengan bekerja di perusahaan lain. Kita sama2 jadi karyawan sebuah perusahaan tertentu. Kalo kita diperlakukan gak adil bukan salah perusahaan yg mengunakan tenaga kita sebagai outsourcingnya tapi perusahaan outsourcingnya. Jadi sistemnya aja yg harus diperbaiki. Hehehe...jangan ditimpuk yah!
BalasHapus@covalimawatiiya that's the poin!
BalasHapus@Oci YMIya prihatin banget mbak...Aku juga sedang mikir utk buat bisnis sendiri....
BalasHapus@YouRhaYang seperti ini memang sudah jadi fenomena ya ra...
BalasHapus@Red CarraSemoga cepat teratasi, klo sistemnya jelas dan adil, tentu semua pihak bisa menerima.
BalasHapus@Wong CilikJustru sebaliknya ya mas? ^__^
BalasHapus@hana sugihartiaku juga mikir begitu mbak...become my own boss ^___^
BalasHapus@ArmanJiaaah klo di US mah, gak perlu diragukan lagi koh...wlopun cuma jadi freelancer, bahkan jadi gembel sekalipun jaminan kesehatan terjamin. Klo OS disini, jaminan kesehatan ada, tapi realisasinya gak jelas T___T
BalasHapus@Abi SabilaAmin! Sebenarnya klo sistemnya adil dan terealisasi dgn baik, tentu gak masalah mas...itulah yg gak terjadi dgn karyawan OS.
BalasHapus@RawinsFreshgraduate itu manusia juga loh mas...lantas krn freshgraduate terus harus pasrah klo diperlakukan tdk adil? Wkt saya pindah ke perusahaan B, saya bukan freshgraduate lagi, tapi tetap mendapat perlakuan tdk adil. Hasil? Gaji maksudnya? Gaaak, saya gak mempermasalahkan gaji disini. Tapi perlakuan semena2 perusahaan.
BalasHapus@rinaAku rasa kedua-duanya punya sistem yg gak bener kok mbak. Dari pihak outsourcing tidak memberikan hak apa2 utk karyawannya. Nah, karena kelemahan itulah, perusahaan memanfaatkan ini utk memeras OS.
BalasHapusdi bilang outsourcing sama pegawai kontrak sama ajah toh mbak, pinginnya usaha sendiri dan gag mau terus2an jadi pegawai kontrakan gini -,-''
BalasHapusHoh? aku baru tau lho May kondisinya ternyata bisa separah itu... :(
BalasHapussistem outsourcing emang selalu berpihak ama pengusaha. Ga ada benefit sama sekali ke karyawannya. Harusnya sistem kek gitu, udah dihilangin dari dulu. Cuma ternyata pemerintah lebih memihak para pengusaha2 itu.
BalasHapusUntungnya dikantorku ga ada sistem outsourcing. Semua diberlakukan probition 3 - 6 bulan, abis itu diangkat permanen. Padahal bisa dibilang perusahaan asing. Tapi mereka lebih ngerti sistem dan prosedur tentang tenaga kerja. Karna menurut mereka, karyawan adalah aset perusahaan..
pokoknya aku mendukung dihapuskannya sistem outsourcing, demi kesejahteraan rakyat indo juga kaan..
@alaika abdullahIya mbak, mdh2an cepat atau lambat, sistemnya diperbaiki...
BalasHapus@Niar Ci Luk BaaMdh2an kerjaan Niar lebih baik lagi ya saaay. Amin!
BalasHapus@OrinBegitulah kenyataannya mbak Orin...ini salah satu penyebab kenapa buruh pada demo...
BalasHapus@DesiNah itu dia mbak Desi, sepemikiran banget kita. Teman2ku yang kerja di perusahaan asing mendapatkan sistem yang baik. Kontrak berapa bulan terus diangkat. Pertamina dan beberapa Bank juga salah satu yang menerapkan sistem ini.
BalasHapusMdh2an yang lemah seperti karyawan OS ini segera mendapat kepastian dan keadilan ya mbak.Amin!
setuju bgt deh kalo hal itu dihapuskan dari muka bumi ini..
BalasHapustp gak semua perusahaan sih kyk gitu. ada jg yg sistemnya bnr2 menghargai karyawan.
@Penghuni 60Iya mas, gak semuanya. Bank tidak menerapkan sistem ini. Setahu saya, pertamina juga nggak. Inilah yg seharusnya dicontoh, sehingga karyawan yg benar2 punya skill tdk merasa sia-sia.
BalasHapusduh, aduh.. saya masih banyak belajar nih, mbak
BalasHapusbelajar dari cerita mbak mayya ttg dunia kerja. soalnya saya termasuk masih baru juga
dulu waktu aku ngelamar kerjaan paling males kalau ada perantara gitu, lebih baik memilih yang direkrut langsung perusahaannya
BalasHapus@catatannyasulungKlo guru gak ada yg outsourcing setau aku kok Lung, klo honorer ada hehehe...
BalasHapusbaca komennya Arman, adik sy juga dulu sempet dilema.. Tdnya kepergiannya ke US kan cuma pengen jd karyawan outsourcing.. Kerja sana-i ngumpulin duit sebanyak2nya.. Trus pulang ke Indo.. Sampe kemudian dia di tawarkan naik karirnya.. Jd sempet dilema, cari uang cepat & banyak dg cara outsourcing atau milih berkarir tp penghasilan rada menurun.. Akhirnya setela mikir panjang dia milih menetap disana utk berkarir..
BalasHapusCuma kl disini emang kayaknya kebalikannya ya.. Pegawai outsourcing disini lebi banyak cerita ngenesnya daripada bagusnya.. Kasian juga ya..
sepertinya gak adil dan mieirs banget yah Mbak. Namun bagi saya (pribadi yang juga masih kuli sampai saat ini) kapitalisme global masih menjadi bahan omongan yang enak bersama gejolaknya.
BalasHapusMudah-mudahan dari banyak pengalaman itu, sistem dan undang-undang yang mengatur ini diperbaiki ya.. Sehingga win-win solution bisa dicapai, perusahaan mendapatkan karyawan yang memiliki profesionalitas tinggi, dan karyawan mendapat penghargaan yang sesuai dengan hasil kerjanya. :)
BalasHapus@Lidya - Mama Cal-VinPadahal aku juga diwawancara langsung ama perusahaannya loh mbak, tapi setelah diterima baru tau ternyata aku di-outsourcing-in
BalasHapus@ke2naiIya mbak Chi, klo di luar, skill itu dihargai banget, beda banget ama disini-______-
BalasHapus@sangbayangenak diomongin tapi gak enak dijalanin >_____<
BalasHapus@ChitaIyak bener! That's the point, darling!
BalasHapusserem banget ya, dunia outsourcing ternyata lebih ngeri dari yang saya bayangkan
BalasHapusAku juga pernah kerja di perush os... Emang gitu sih.. Perush os semena2 sama karyawannya, kenapa aku bilang gitu? Dulu waktu kerja di os, aku dapat jamsostek, dan katanya tiap bulan di setor ke jamsostek, berhubung aku wkt itu freshgraduate dan ga ngerti gmn untuk ketentuan jamsostek, jadi percaya aja.. Seiring waktu aku resign dari perush os, karena mau merit, karena salah satu syarat perush os tsb, klo udh merit ga dipake lagi... Alias disuruh keluar aja... Nyebelin kan? Ya udah.. Aku keluar aja tapa disuruh!.... Trus.. Setelah anak pertama lahir, aku dapat kerja lagi... Nah.. Di tempat kerja baru ini... Dimintalah nomor keanggotaanku di jamsostek dulu, karena aku kira aku ada saldo di jamsostek, jadilah aku mau terusin aja member tsb, ternyata pas di cek... Jamsosstekku yg dulu kerja di perush os... Itu nihil, kosong, empty... Ga ada saldonya! Mau marah ga sih? Karena berasa ditipu... Hiks! Ya.. Gitu deh pengalaman sama os, sebisa mungkin emang dpt perush yang jelas fasilitasnya deh.... Hehehe
BalasHapus@JKlebih ngeri dari film horror indonesia mas ^___^
BalasHapus@RistinAh iya bener mbak Ristin! Jamsostek itu gak jelas bangeeeet! Trus katanya klo kerja di bawah 5 taon gak bisa dicairkan, lah trus duit selama itu dikemanain? Gilak!
BalasHapusIya, mending jadi wirausahawan atau kerja di perusahaan yg gak pake jasa OS....kapoook >___<
wow thanks sharingnya. ternyata banyak toh yang model outsourcing bgitu, baru tau.. Mudah2an justru ini membuka jalan yang lebih baik buat kamu ya May
BalasHapus@nyonyakecilamin...makasih ya mbak stef!
BalasHapusKatanya hanya 5 jenis pekerjaan yang boleh outsourcing ya jeng.
BalasHapusSelamat sore sahabat.
Terima kasih atas artikelnya yang menarik dan inspiratif
Jangan lupa mengikuti kontes Unggulan Indonesia Bersatu lho ya. Klik saja : http://tamanblogger.com/blogging/konteskuis/kontes-unggulan-indonesia-bersatu-cara-mencegah-dan-menanggulangi-tawuran
Terima kasih.
Salam hangat dari Surabaya
@Shohibul Kontes Unggulan Indonesia BersatuIya mas, skrg udah dipersempit jadi 5 jenis. Terimakasih atas infonya dan salam hangat dari Pekanbaru ^___^
BalasHapusSama aja di Pertamina pun demikian, perlakuan terhadap Pekerja OS juga tidak adil.... Memang OS Indonesia=Perbudakan wajib dihapuskan dari bumi ini
BalasHapusPertamina sama aja mbak.... OS mendapat perlakuan yang tidak adil dibanding pekerja tetap.... Memang OS Indonesia harus hapus dari muka bumi ini....... karena pelakunya bukan manusia karena sangat tidak manusiawi
BalasHapusPertamina Sama aja OS tetap mendapat perlakuan yang tidak adil mbak.... akan diangkat? just lips servis..itu hanya untuk yang punya backing.... yang nggak punya... lanjutkan makan hati sampe gak kuat nahan hehehehe, Pertamina adalah perusahaan keluarga jadi turun temurun bagi keluarga karyawan terdahulu, akan menurunkan pada anak2nya begitu seterusnya
BalasHapus@mrongos poltriple komen ini yah! hihihi
BalasHapusOh ya? Soalnya temanku training setahun disitu udah diangkat, itu gak pake backing loh...Mungkin yang baru-baru ini kali yah...
Aku turut prihatin mas, mdh2an pekerjaannya membaik! ^__^