Katakan (dengan) Cinta
credit |
Sering gak dengar orang tua bilang begini ke anaknya:
Jangan pergi jauh-jauh! Ntar dikejar orang gila loh!
Jangan ke sana! Nanti ada hantu!
Kalau nasinya gak abis, ntar dicari badut!
Jangan pergi jauh-jauh! Ntar dikejar orang gila loh!
Jangan ke sana! Nanti ada hantu!
Kalau nasinya gak abis, ntar dicari badut!
Dan berbagai 'ancaman menakutkan' lainnya ? Pernah kan? Atau malah sebagai pelakunya? Hehehe...
Atau malah lebih ekstrim lagi:
Bodoh! Itu aja gak bisa!
Dikit-dikit nangis, jangan cengeng!
Bodoh kamu!
Pernah kan? (FYI, kata-kata kasar apalagi makian kepada anak sudah mengarah kepada emotional child abuse loh! Be careful...)
Karena tinggal di lingkungan perumahan, yang notabene sebagian besar dihuni oleh ibu-ibu rumah tangga, kata-kata ini seringkali terdengar. Awalnya memang terasa lucu, tapi lama-lama eneg juga. Bahkan ngilu di hati.
Kok tega ya?
Mereka hanya anak-anak dengan pemikiran anak-anak.
Dimana ingin tahu adalah fokus imajinasi.
Bagaimana jika kata-kata di atas kita tukar:
Mainnya dekat-dekat mama aja, mama cemas kalau kamu main jauh-jauh!
Mainnya disini aja ya, nanti mama gak bisa lihat kamu!
Biasanya anak mama bisa ngabisin nasi deh, kok sekarang gak ya? Ayo dihabisin nasinya!
Gapapa gak bisa sekarang, nanti kalau dicoba terus, pasti bisa!
Kenapa nak? Kalau kamu nangis, mama gak tahu kamu mau apa...Ngomong baik-baik!
Ayo kita coba lagi!
See? Kelihatan kan perbedaannya?
Intinya hanya, berkata-katalah dengan kasih sayang!
Mereka akan besar dan jangan salah, mereka akan terus mengingat kata-kata orang tuanya dan menjadi dewasa dengan kata-kata itu yang akan terformat di sanubarinya. Ingatan anak-anak itu luar biasa loh!
Pasti kita dulu pernah teringat kata-kata orang tua kita dulu yang (bisa dibilang) nyakitin kan?
Ketika kita bilang mereka egois, maka mereka akan egois. Ketika kita bilang mereka bisa, maka mereka akan mampu. Itu gak bisa dipungkiri.
Bahkan ketika orang lain yang membandingkan anak-anak misalnya berkata:
"Little Bee itu kemana-mana selalu sama bundanya ya? Gak keluar main sendiri"
Jawab aja sekenanya tanpa menyetujuinya,
"Little Bee memang pemalu, tapi nanti klo udah terbiasa, dia berani kok."
Bayangkan betapa bangganya kita, jika orang tua percaya kepada kita dengan berkata begitu.
Orang lain boleh menilai anak-anak kita dari luar, tapi kita sebagai orang tua-lah yang memberikan kepercayaan kepada mereka. Tunjukkan bahwa kita bisa dipercaya oleh mereka.
Jangan takut dengan anggapan orang lain, karena bukan mereka yang membesarkan anak-anak kita.
Seringkali jika berada di pasar, ketika anak menangis atau tantrum, sang ibu malah memukul dan mencubit si anak demikian brutalnya hanya karena malu si anak menangis. Kenapa coba?
Bukankah si anak makin menjadi tangisnya?
Ketika anak-anak ngamuk di depan umum, mal atau bahkan di arisan, bereaksilah terhadap tindakan anak kita itu, bukan bereaksi terhadap rasa malu kita di depan umum. Mari bermuka badak jika punya anak.
Yang terpenting adalah anak kita dan perasaannya, bukan tatapan orang lain! Memposisikan diri sebagai sang anak sangat membantu kita memahami dan bereaksi lebih baik.
Membesarkan anak memang tidak mudah, tapi akan lebih mudah jika kita melakukannya dengan hati dan kasih sayang. That's the art of parenting!
Jawab aja sekenanya tanpa menyetujuinya,
"Little Bee memang pemalu, tapi nanti klo udah terbiasa, dia berani kok."
Bayangkan betapa bangganya kita, jika orang tua percaya kepada kita dengan berkata begitu.
Orang lain boleh menilai anak-anak kita dari luar, tapi kita sebagai orang tua-lah yang memberikan kepercayaan kepada mereka. Tunjukkan bahwa kita bisa dipercaya oleh mereka.
Jangan takut dengan anggapan orang lain, karena bukan mereka yang membesarkan anak-anak kita.
Seringkali jika berada di pasar, ketika anak menangis atau tantrum, sang ibu malah memukul dan mencubit si anak demikian brutalnya hanya karena malu si anak menangis. Kenapa coba?
Bukankah si anak makin menjadi tangisnya?
Ketika anak-anak ngamuk di depan umum, mal atau bahkan di arisan, bereaksilah terhadap tindakan anak kita itu, bukan bereaksi terhadap rasa malu kita di depan umum. Mari bermuka badak jika punya anak.
Yang terpenting adalah anak kita dan perasaannya, bukan tatapan orang lain! Memposisikan diri sebagai sang anak sangat membantu kita memahami dan bereaksi lebih baik.
Membesarkan anak memang tidak mudah, tapi akan lebih mudah jika kita melakukannya dengan hati dan kasih sayang. That's the art of parenting!
*intinya postingan ini cuma ingin curhat karena gak bisa protes ama orang tua si anak T___T sekalian ngingatin diri sendiri*
true.... jadi orangtua emang harus belajar terus... setiap kata yg keluar dari mulut ibu adalah doa untuk anaknya, maka berkatalah yg baik... gitu ya mbak... :)
BalasHapusAku setuju :)
Hapusyup setuju, orang tua harus mengganti kata-katanya kepada anak. kadang itu bisa dianggap doa sih
BalasHapusiya lah... orang boleh ngomong apa aja toh kita gak bisa ngelarang orang ngomong apa, tapi gak usah dimasukin ati dan dipikirin... :P
BalasHapussetujuuu mbak mayya. Aku kadang suka gemes liat ortu yang suka marahin anaknya. Salah satunya marah krn si anak ga mau makan. Udah marah pake nada ngancem pula. Semoga para ortu membaca postingan ini dan sekaligus untuk yg belum punya baby (ngomong sama diri sendiri hihi..) bisa tahu juga bagaimana pentingnya mengatakan dengan penuh kasih sayang
BalasHapusga kepake untuk anak sekarang
BalasHapusanakku pernah ditakutin mbahnya, dbilangin dah malem kalo ga mau tidur tar disamperin pocong
eh malah tambah melek sambil nanya, mana pocongnya mbah, pengen liat..
@Rawinsah, masa iya? anak mas aja kali?
BalasHapusAnak2 kalau ditakut2i mungkin ada yåΩg patuh, tapi efek di kemudian Ħαяΐ kalau dilarang2 terus takutnya jadi penakut ∂άn peragu.. Memang sih ibu harus siaga benar kalau anak2 main yåΩg bisa membuat cedera misalnya manjat2 gitu ya mbak. Salam
BalasHapus@nisamamaseratus utk mama nisa ^__^
BalasHapus@volverhankiya mas ^__^
BalasHapus@Arman^__^
BalasHapus@ceritasofijangan-jangan emak2 ngancem itu aku? hahaha...
BalasHapusmenjadi orang tua berarti terus belajar ^__^
@ndutykesipppp...
BalasHapus@Haya Nufusiya bener mbak, kasian liat anak2 yg bener2 jadi penakut krn suka ditakut2in ibunya >__<
BalasHapusSalam kembali ^__^
salam kenal genk. ini knjngan perdana kami genk.,., salam kenal'y... kpn2 mmpir genk
BalasHapus@TUTORIAL BLOGGERmakasih sudah berkunjung ^_^
BalasHapusyapp, betull !
BalasHapusanak hanya ingin mendapat perhatian dari orgtuanya, bukan cacian yg tidak membangun spt itu..
@pulsamdh2an kita mnjd orang tua yg dpt dibanggakan anak2 ya!
BalasHapusJd ortu mang ga ada sekolahnya Mbak, yg ptg terus berusaha n belajar spy jd lebih baik :)
BalasHapussetujuuuu banget maaak....sekarang, anak-anak makin kritis dan rasanya ngg mempan dibilangin hal-hal yang absurd begitu..plus tidak mendidik pula..TFS yaaa..cheers..
BalasHapushai mak Mayya ^^
BalasHapusiya mak, aku juga suka denger ada yg begitu, kasian anaknya ya mak.. ya sih, mereka berucap demikian bsia jd memang ga sengaja, karena emosi..tapi hal tsb menyakiti anak :'(
makasih mbak, aku belajar lagi nih dari blog mbak :)
BalasHapus