[Fiction] Meredam Sepi

How 'bout me not blaming you for everything
How 'bout me enjoying the moment for once
How 'bout how good it feels to finally forgive you
How 'bout taking you upon your support


Lirik Alanis Morisette dengan 'Thank You'-nya ini benar-benar merasuk ke dalam sanubariku. Aku benar-benar menikmati. Sudah hampir setiap hari lagu ini diputar di radio, dan aku tak pernah bosan mendengarnya. Seolah-olah aku berada di duniaku sendiri, yang kuciptakan untuk diriku.

credit
Aku melirik jam dinding, sudah pukul 3 malam, namun aku tak bisa juga tidur.
Besok ada ulangan fisika. Begitu sulitnya pelajaran dalam catatan yang kubaca ini masuk ke otakku, ditambah dengan kegaduhan di kamar sebelah.
Teriakan dan makian semakin lama semakin menciutkan hatiku. Aku hilang konsentrasi. Antara ulangan besok dan keributan orang tuaku.

Ibuku berteriak, dan begitu pula ayahku.
Aku tak pernah tahu dimana letak masalahnya.
Dan juga tak tahu dimana letak penyelesaiannya.
Aku pikir, masalah sebenarnya adalah pada teriakan itu. Pada makian-makian itu.

Thank you India
Thank you terror
Thank you disillusionment
Thank you frailty
Thank you consequence
Thank you thank you silence

Entah kapan keributan ini berhenti. Telinga sudah kututup rapat-rapat, namun tak bisa meredamnya.
Bosan dan hampa.
Hanya itu yang kurasakan.
Aku ingin tidur sejenak.
Bermimpi tentang senyum teman-temanku mengajakku makan di kantin.
Bermimpi tentang senyum guruku yang memberikan kertas hasil ulangan bernilai 10.
Bermimpi tentang senyum seorang tampan yang memandangku dari jauh, dan segera memalingkan matanya ketika aku memergokinya.
Oh, aku lupa.
Aku tak punya teman-teman. Tak ada yang mengajakku ke kantin.
Nilaiku juga tak pernah bisa bagus, yang kutemui hanya pandangan tajam tak suka dari guruku.
Dan bahkan mungkin tak ada yang menyadari bahwa aku ada
Sekarang, aku hanya ingin berhenti mendengar.

The moment I let go of it was the moment
I got more than I could handle
The moment I jumped off of it
Was the moment I touched down

Pintu kamar digedor-gedor.
Ayah memanggil-manggil namaku.
Juga ibu.
Aku terdiam.
Entah berapa lama, akhirnya tiba-tiba pintu didobrak.
Ayahku muncul dari baliknya, dan berteriak memanggil-manggil namaku.
Begitupun ibu.
Ayah menghampiriku yang sedang tidur,
sambil terus memanggil-manggilku.
Aku tetap diam.
Radio telah hilang siaran.
Tiada lagi menyanyikan lagu kesukaanku.
Tiada lagi teriakan.
Tiada lagi makian.
******
Catatan:
Terinspirasi dari lagu “Thank You” - Alanis Morisette



post signature

Komentar

  1. kasiannya... nggak kebayang kalo ada di posisinya, pasti nggak tenang dan pingin keluar dari rumah terus... :(

    BalasHapus
  2. Kok eror ya mba begitu klik link sambungannya :(

    nanti balik lagi siapa tahu sudah tidak eror lg, apa kbr mba maya?
    sehat sllau ya...trima ksh suportnya di blogku *hug*

    BalasHapus
  3. eh kok di gua gak bisa ya itu link kompasiana nya...

    BalasHapus
  4. @ini aku lholah, kenapa namanya disembunyiin mbak alaika? hihihi...

    BalasHapus
  5. @IrmaSenjaAneh deh, klo aku yang buka gapapa...Ceritanya langsung dilanjutin aja disini deh ^^V. Udah di-edit yak!

    BalasHapus
  6. @ArmanUdah kucoba, gapapa loh ko...Aneh deh...Ceritanya kusambung aja disini yak!

    BalasHapus
  7. Bagus..Aku nya kenapa Mbak? kok tiba-tiba diam? Pingsan kah?

    BalasHapus

Posting Komentar

Your thoughts greatly appreciated! Share it with us! (^_^)
Nowadays, I've been have hard times to reply comments or blogwalking to your blog. So, thank you so much for visiting me here!

Postingan Populer