[BeraniCerita #04] I Love You
"Kamu sudah siap ke sekolah yang baru?"
"Iya!"
"Jangan takut dan ragu ya!"
"Ok, bu!"
"Bagaimana di sekolah tadi?"
"Mereka tidak mau bermain denganku, Bu!"
"Kenapa?"
"Mereka bilang aku tidak sama seperti mereka!"
"Sudahlah, tak usah menangis lagi ya nak! Kamu memang tidak sama, kamu berbeda. Percayalah pada ibu..."
"Ibu, hari ini aku mau bawa sarapan mie goreng buatan ibu. Teman-temanku di sekolah suka!"
"Benarkah? Bukankah lusa kemarin kamu bilang mereka tidak mau berteman denganmu?"
"Sekarang tidak lagi. Berkat mie goreng ibu. Aku bilang 'Ibuku memang pintar masak!'"
"Kamu juga bisa pintar masak seperti ibu. Sini duduk di sebelah ibu, nanti kamu perhatikan apa saja yang ibu lakukan!"
"Aku tidak mau pakai itu lagi!"
"Kenapa, nak? Kamu akan kuliah sebentar lagi, ini sangat membantumu nanti..."
"Alat itu berisik sekali. Aku tak suka..."
"Baiklah kalau begitu. Ibu tidak akan memaksa..."
Aku memasukkan alat bantu itu ke dalam saku. Lihatlah, anak lelakiku sudah besar. Padahal dulu aku sulit menerima keadaannya. Tapi tak pernah ada yang tahu jadi apa seorang anak kelak. Aku menatap sebuah surat penerimaan beasiswa untuknya : Le Cordon Bleu College of Culinary Arts di Boston.
"Ibu, pesawatku akan berangkat. Aku pamit dulu ya..." Ia mencium kedua pipidan memelukku. "Terimakasih atas dukungan ibu selama ini. Sudah percaya padaku."
"Jaga diri baik-baik, Nak!" air mataku tak terbendung lagi.
Beberapa langkah kepergiannya, ia berbalik menghadapku, menunjuk dadanya dengan jari telunjuk, kemudian mengepalkan kedua tangan dan menyilangkannya di dada, lalu menunjukku.
"I love you, too!" jawabku, dengan bahasa isyarat yang sama.
[caption id="" align="aligncenter" width="300"] credit[/caption]
"Iya!"
"Jangan takut dan ragu ya!"
"Ok, bu!"
***
"Bagaimana di sekolah tadi?"
"Mereka tidak mau bermain denganku, Bu!"
"Kenapa?"
"Mereka bilang aku tidak sama seperti mereka!"
"Sudahlah, tak usah menangis lagi ya nak! Kamu memang tidak sama, kamu berbeda. Percayalah pada ibu..."
"Ibu, hari ini aku mau bawa sarapan mie goreng buatan ibu. Teman-temanku di sekolah suka!"
"Benarkah? Bukankah lusa kemarin kamu bilang mereka tidak mau berteman denganmu?"
"Sekarang tidak lagi. Berkat mie goreng ibu. Aku bilang 'Ibuku memang pintar masak!'"
"Kamu juga bisa pintar masak seperti ibu. Sini duduk di sebelah ibu, nanti kamu perhatikan apa saja yang ibu lakukan!"
***
"Aku tidak mau pakai itu lagi!"
"Kenapa, nak? Kamu akan kuliah sebentar lagi, ini sangat membantumu nanti..."
"Alat itu berisik sekali. Aku tak suka..."
"Baiklah kalau begitu. Ibu tidak akan memaksa..."
Aku memasukkan alat bantu itu ke dalam saku. Lihatlah, anak lelakiku sudah besar. Padahal dulu aku sulit menerima keadaannya. Tapi tak pernah ada yang tahu jadi apa seorang anak kelak. Aku menatap sebuah surat penerimaan beasiswa untuknya : Le Cordon Bleu College of Culinary Arts di Boston.
"Ibu, pesawatku akan berangkat. Aku pamit dulu ya..." Ia mencium kedua pipidan memelukku. "Terimakasih atas dukungan ibu selama ini. Sudah percaya padaku."
"Jaga diri baik-baik, Nak!" air mataku tak terbendung lagi.
Beberapa langkah kepergiannya, ia berbalik menghadapku, menunjuk dadanya dengan jari telunjuk, kemudian mengepalkan kedua tangan dan menyilangkannya di dada, lalu menunjukku.
"I love you, too!" jawabku, dengan bahasa isyarat yang sama.
[caption id="" align="aligncenter" width="300"] credit[/caption]
mengalir indah mbk may....i love you too :D
BalasHapusAnd me too :) makasih ya mbak Hanna...
BalasHapusmewek.... sedih bacanya mba...
BalasHapusBagus.. :')
BalasHapusKlo ada kekurangan di satu indera, pasti ada kelebihan di indera lainnya.. :')
sukaaaaaaaaaaa :'(
BalasHapusSo sweet..
BalasHapusIbu yang protektif, namun tetap mendengarkan anak :)
*sodorin tisur
BalasHapusbukannya kaya 'nak' dan 'ibu' kalau jadi panggilan langsung hurufnya besar? *lirik KBBI*
BalasHapusI Love U too, mbak May :D
BalasHapus“Benarkah? Bukankah lusa kemarin kamu bilang mereka tidak mau berteman denganmu?”
Itu kata 'lusa kemarin' gak ngerti saya. Kontra. Mungkin maksudnya 'kemarin dulu' yah :)
endingnya yang tidak terprediksi, mbak May :D
BalasHapus*terharu
Iya bener mbak *tutup muka pake kamus*
BalasHapusKejadiannya memang diset 2 hari setelah si anak masuk sekolah, Mbak :)
BalasHapusMdh2an memuaskan ceritanya ya mbak Dessy :)
BalasHapusBener banget, Mbak Nita :)
BalasHapusMakasih darling :)
BalasHapusMudah2an kelak kita pun menjadi orang tua yang demikian :)
BalasHapusseperti biasa, kejutan diakhir...suka...!!
BalasHapusmakasih mama yara :)
BalasHapusMayya emang berbakat banget ya...aq suka ceritanya...haru biru..
BalasHapusmasih belajar, Sofi :)
BalasHapusMakasih ya!
bagus banget mbak may :'(
BalasHapus