[BeraniCerita #01] Rena
Angin dingin menerpa, menjilat dan membelai wajah Rena yang tertutup sebagian rambutnya. Entah berapa lama ia berjalan, tampaklah rumah tersebut, kokoh namun telah pudar dimakan waktu. Sebelumnya, setiap pulang sekolah, ia selalu berputar untuk dapat melewati rumah ini, memastikan tidak ada yang meninggali. Terletak di dekat pinggiran hutan dan hanya dapat dicapai melalui sebuah jalan setapak yang panjang dan berliku. Rena memandanginya lekat-lekat sambil menggigit bibir, dadanya bergemuruh kencang.
Udara semakin menggigit, Rena tak tahan berlama-lama di luar dan mendekati salah satu jendela. Ia mengambil batu dan melemparkannya ke jendela. Ia bahkan tak menggubris luka di pipinya akibat tergores sekeping pecahan kaca.
Dengan hati-hati ia mengutak-atik kunci dan berhasil! Rena membuka jendela dan menyelinap masuk sepelan bisikan.
Ruangan itu pengap dan berdebu. Bau tua demikian pekat menusuk hidung. Rena terbatuk-batuk dan mengibaskan tangan, menyingkirkan sarang laba-laba yang menghalangi jalannya.
Ia menemukan sebuah kamar kosong di lantai dua, lengkap dengan tempat tidur yang entah berapa puluh tahun usianya. Tanpa mempedulikan ia dimana, Rena membaringkan diri. Tempat tidur berderit berisik. Namun, entah kenapa perasaan nyaman menelusup, sakit di badannya tak lagi terasa. Tak lama ia jatuh tertidur.
Dini hari, terdengar suara ribut-ribut di luar. Rena terbangun dan mengintip ke bawah jendela. Raungan memenuhi udara dan cahaya lampu mobil polisi berputar-putar berwarna-warni di kejauhan. Orang-orang mengenakan piyama keluar dari rumah mencari tahu apa yang telah terjadi. Namun Rena tahu.
Ia mengeluarkan pisau dapur dari dalam ranselnya. Pisau berlumuran darah.
Udara semakin menggigit, Rena tak tahan berlama-lama di luar dan mendekati salah satu jendela. Ia mengambil batu dan melemparkannya ke jendela. Ia bahkan tak menggubris luka di pipinya akibat tergores sekeping pecahan kaca.
Dengan hati-hati ia mengutak-atik kunci dan berhasil! Rena membuka jendela dan menyelinap masuk sepelan bisikan.
Ruangan itu pengap dan berdebu. Bau tua demikian pekat menusuk hidung. Rena terbatuk-batuk dan mengibaskan tangan, menyingkirkan sarang laba-laba yang menghalangi jalannya.
Ia menemukan sebuah kamar kosong di lantai dua, lengkap dengan tempat tidur yang entah berapa puluh tahun usianya. Tanpa mempedulikan ia dimana, Rena membaringkan diri. Tempat tidur berderit berisik. Namun, entah kenapa perasaan nyaman menelusup, sakit di badannya tak lagi terasa. Tak lama ia jatuh tertidur.
***
Dini hari, terdengar suara ribut-ribut di luar. Rena terbangun dan mengintip ke bawah jendela. Raungan memenuhi udara dan cahaya lampu mobil polisi berputar-putar berwarna-warni di kejauhan. Orang-orang mengenakan piyama keluar dari rumah mencari tahu apa yang telah terjadi. Namun Rena tahu.
Ia mengeluarkan pisau dapur dari dalam ranselnya. Pisau berlumuran darah.
***
bersambung kesini
Seperti biasa... kejutan diakhir cerita..!! Heiibbaatt , Mayy...Salut..
BalasHapusmakasih mbak! *kecup basah*
BalasHapusheu horror T_T
BalasHapusyang nulis juga keder, mas ;p
BalasHapus