[FlashFiction] Jalan Berkabut
Angin dingin berhembus menembus tulang begitu pintu aku buka. Kurapatkan jaket, walau usahaku itu sia-sia. Perlahan aku mulai menyusuri jalanan yang masih sepi. Kabut menemani langkah-langkah kecilku dan menyisakan sedikit pandangan di etalase jalan.
Lampu-lampu jalanan dan lampu teras rumah-rumah memendar meyakinkan bahwa matahari masih enggan terjaga dari peraduan.
Lampu-lampu jalanan dan lampu teras rumah-rumah memendar meyakinkan bahwa matahari masih enggan terjaga dari peraduan.
credit |
Sepatuku basah tiap melangkah dan menyentuh embun di rerumputan pinggir jalan.
Kerikil-kerikil tanpa dosa menjadi korban keisenganku, ditendang lalu beradu ke aspal meloncatkan suara-suara melepas kesunyian.
Masih setengah perjalanan yang harus kulalui, telingaku menangkap suara raungan berkarat yang memecah keheningan. Aku berhenti sejenak, menyakinkan diri bahwa aku tak salah dengar. Jantungku mulai berdentum-dentum keras, laksana meriam-meriam perang bersahutan.
Tanpa dikomando, aku memacu kaki-kakiku berlari sekencang-kencangnya tanpa peduli angin dingin yang menerpa dan membekukan wajah. Suara itu makin mendekat dan mendekat berpacu dengan nafasku yang kian memburu.
Jalan besar tujuanku sudah di depan mata, sedikit lagi, pikirku. Aku tidak boleh melewatkannya, aku memantapkan hati. Kaki-kaki kupaksa melesat melampaui kesanggupannya. Jangan jatuh, jangan jatuh, jika jatuh usai semua, aku meyakinkan diri. Kini ia hanya beberapa meter jauhnya dariku. Dan tak lama, kami saling berhadapan di persimpangan.
Tak kusangka, ia malah berpacu melewati aku. Kini aku yang berbalik mengejarnya. Aku mulai ngos-ngosan, kakiku tak mungkin sanggup menyusulnya. Apa boleh buat, aku harus berteriak sekuat tenaga:
"Berhentiiiii! Berhentiiiiii!"
Namun usaha itu tiada guna, ia tak berhenti dan terus melaju, meninggalkan aku dibelakang. Tahu teriakan dan lariku tak membuahkan hasil, aku akhirnya menyerah.
"Huff, sialan!!" aku mengumpat. "Hari ini aku sukses harus naik angkot ke sekolah! Dasar supir bus budek!"
Note: 263 words
*Pengalaman suka ketinggalan bus sekolah >___<
Reblog dari Kompasiana Mayya
Ahahahaha.. I feel you, May :D
BalasHapushahahahaha gw malah suka ga d angkut sm si abang engkod :p
BalasHapuswah asik nek sekolah ada bis antar jemputnya
BalasHapusaku gak pernah naik bis sekolah mbak, paling naik angkot :)
BalasHapusrumahku dl sebrang2an ama shelter bus sekolah. kalo sampe ketinggalan bus, brarti sungguh TER LA LU :))
BalasHapushahaha kirain cerita horor apa gitu..ga taunya ketinggalan bis sekolah..:D
BalasHapus@Della*sandarkan kepala ke bahu mbak Della*
BalasHapus@Yeyekan masih ada angkot lain mbak hihihi, klo bus sekolah mah cuman satu T___T
BalasHapus@Lidya - Mama Cal-Vinhahaha...berarti belum pernah ngerasain keselnya dong mbak >__<
BalasHapus@ndutykeklo ketinggalan juga, berarti shelternya pindahin ke depan rumah ajaah >__<
BalasHapus@Desikhahahaha....kamu telah tertipuuuu ;p
BalasHapus@http://anotherorion.comgak asik klo ketinggalan >_<
BalasHapusAku telah tertipu..:D
BalasHapus@Helda FeraHihihi...tuh kan, korban kesekian;P
BalasHapus