Post Power Syndrome : Keluarga VS Karir

Update 15 Feb 2012:
Alhamdulillah, tulisan ini menjadi salah satu pemenang Giveaway Kemilau Cahaya Emas oleh Nurmayanti Zain.


Terimakasih dari hati yang terdalam untuk teman-teman blogger yang telah membaca, memberi dukungan dan semangat untukku dalam menulis. ^_^
Mudah-mudahan ini adalah permulaan babak baru dari Morning Raindrops selanjutnya.

.:. Jika Nurmayanti Zain dalam Cinta VS Cita dimana CINTA dikisahkan dua orang jatuh cinta berbeda negara, sedangkan CITA diceritakan tentang perlu tidaknya sebuah gelar sarjana. Aku dalam versiku mengutarakan kisah sesudahnya. Setelah cinta dipersatukan dan setelah cita meraih gelar diraih.

Sebuah dilema antara cinta seorang bunda untuk putranya dan sebuah cita-cita kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
credit


A HARD DECISION

Masih seputaran pekerjaan baruku sebagai stay-at-home mom yang sudah satu setengah tahun kujalani, beralih dari wanita karier, semakin banyak hal baru yang dapat kujadikan pelajaran menata hati. Bukan mudah mengatasi gejolak hati yang kadang-kadang terlintas, bahwa dengan bekerja lagi keadaan akan lebih baik. Lalu, suara nurani itu akan kembali berbisik, "Uang tidak akan bisa membeli kasih sayang untuk anakmu. Apa yang kau ingin dengar dari anak-anakmu tentang Bunda mereka jika dewasa nanti?"
Dan pikiran untuk bekerja itupun pergi secepat ia datang.
Aku begitu sayang pada buah hatiku itu.
Ia sakit-sakitan dan jika di kantor aku terus memikirkannya.
Jika lembur aku terus gelisah apakah susu hasil pompa ASI untuknya habis dirumah.
Ia terlambat bicara karena perbedaan bahasa. Antara neneknya dan aku.
Ia juga terlambat merangkak dan berjalan karena terbiasa digendong.
Aku harus memilih. Dan aku memilih anakku.

POST POWER SYNDROME

Dulu, aku berpikir, urusan rumah tangga itu sepele. Dan seperti dihantamkan palu besar dikepala, bahwa sesibuk apapun di kantor, sebanyak apapun lembur, tak akan sebanding repotnya mengurus rumah tangga. Sungguh! Jika di kantor, bekerja dari jam 8 hingga 6 sore. Maka menjadi full time mother, engkau bekerja dari jam 6 pagi hingga jam 6 pagi esoknya!
Tidak ada hari libur, 24 jam 7 hari seminggu! T_T
Tanggal merah, hari Minggu, Lebaran, Harpitnas sekalipun, tak akan ada pengaruhnya, bahkan pekerjaan akan lebih banyak! Haha!

Perbedaannya, engkau melakukan semuanya dengan ikhlas! Karena itu semua tak lain adalah untuk keluargamu.

Berhenti bekerja berarti pendapatan yang terbatas. Suatu hari nanti aku akan bercerita betapa sulitnya hidup kami dengan pendapatan yang terpotong menjadi setengahnya. Aku harus berhemat sekali. Maka dari itu, sulit buatku untuk pergi keluar rumah untuk jalan-jalan ke mal walaupun sekedar cuci mata, membeli ini dan itu, bahkan minimal untuk pergi dengan ojek dan busway harus benar-benar dipertimbangkan.
Dengan keadaan yang seperti ini, otomatis aku full hanya dirumah saja demi menghemat pengeluaran.

Di saat semua berjalan begitu biasa, aku yang menyukai tantangan baru, mulai dilanda kebosanan dan keletihan. Ya, bosan dan letih!
Bukan sekali dua kali, aku menangis meratapi bahwa kenapa perempuan harus kembali lagi ke dapur dan membesarkan anak setelah sekolah tinggi-tinggi? Kenapa hidupku dikelilingi popok bayi yang bau pesing dan rengekan demi rengekan? Apa hidupku akan datar begitu saja hingga 30-50 tahun ke depan? Sebenarnya apa arti hidup itu untukku?

Aku harus menemukan makna hidupku lagi.
Mereset ulang fokus hidup.

Post-power syndrome, is a symptom that occurs where people live in the shadow of his past greatness (his career, beauty, good looks, intelligence, or anything else), and as if not able to see the current reality. Source

credit

RESTART THE POWER

Baru-baru ini aku menonton sebuah film berjudul 3 Idiots. Jangan salah, film ini bukan berkisah tentang orang bodoh secara harfiah tentunya. Justru film ini adalah film yang sangat jenius. Film yang menginspirasi. Film yang luar biasa pesan moralnya. Dan ya, film India!

Jujur, aku jadi memikirkan, bagaimana kelak aku menjadi orang tua untuk anak-anakku. Apakah aku akan menjadi orang tua seperti "Rektor Virus" yang kaku dan otoriter? Atau seperti "Ayah Farhan" yang memaksakan kehendak agar anaknya kuliah di jurusan yang sama sekali tidak diminatinya? Atau "Ibu Raju" yang memberikan beban moral yang sama sekali bukan tanggung jawab anaknya?

Dialog yang paling kuingat dari film itu, kira-kira begini, "Lakukan yang menjadi kesukaanmu dengan sebaik-baiknya, maka kamu akan sukses dan bahagia!"

Aku tersadar, selama ini aku salah. Aku berpikir bahwa jika aku sudah menikah, maka suamikulah yang harus membahagiakanku. Aku salah besar. Kebahagiaanku seharusnya kutemukan pada diriku sendiri, bukan pada orang lain, terutama suamiku. Akulah yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku.

Jadi pertama-tama, aku harus bisa membahagiakan diriku baru aku bisa memotivasi anak-anakku untuk bisa bahagia pula melakukan apa yang mereka sukai. Happy wife, happy family. Istri yang bahagia, keluarganya pun akan bahagia. Lalu,apa yang aku sukai untuk dilakukan agar aku bisa bahagia?

UPGRADE THE SKILL

Aku cinta menulis, aku cinta menjadi ibu rumah tangga berkarier, aku cinta membaca, aku cinta programming, aku cinta digiscrapbook, aku cinta berkebun.
Semua itu tak lagi dapat kulakukan sejak aku bekerja kantoran.
Inilah saatnya aku kembali melakukannya, tanpa harus merasa bersalah. Untuk diriku sendiri, untuk kepuasan hatiku, untuk kebahagiaan jiwaku. Untuk keluargaku.

Membaca adalah langkah awalnya. Kubaca ulang Dale Carnegie, Qaidh Al Qarni, dan baru-baru ini aku menemukan buku bagus "Don't Sweat Small Stuff for Love", recommended book untuk yang sudah berumah tangga. Buku yang terakhir ini begitu berguna untuk mengingatkanku, bahwa cinta terhadap pasangan kita harus terus diperbaharui, demikian juga hati kita terhadapnya. Mudah-mudahan.

Selain itu, aku juga membeli buku-buku bagus dari toko buku bekas online. Jadi pasti menghemat pengeluaran dibandingkan jika harus membeli buku baru. Dan jika aku membeli dengan kuantitas tertentu, si penjual dengan senang hati memberikan bonus buku pula!

Oh ya, membongkar-bongkar buku lama pun ada gunanya pula. Menemukan majalah Intisari seperti menemukan harta karun! Sejak dulu, aku memang cinta Intisari. Aku ingat, tiap terbit dan datang ke rumah, aku pasti berebut dengan papa, dan kadang-kadang, kusembunyikan biar tidak diambil papa.

Membaca e-book dan buku pinjaman dari pustaka juga termasuk diantaranya.
Jika bingung akan jalan-jalan kemana saat suami libur, kami pergi ke pustaka daerah, meminjam buku 'berat' untukku dan mengajarkan si kecil mencintai buku.

Pasti tak lupa pula untuk diulang, Al Quran, yang meneduhkan hati siapa saja yang mengkajinya. Insya Allah.

BLOG IS MY WAY

Kemudian aku bertemu dunia baru, blogsphere. Sebuah hadiah terbesar dalam hidupku.
Kenapa bukan Facebook? Terus terang, facebook membuat hatiku menjadi lebih sedih. Melihat teman-temanku memajang foto-foto perjalanan mereka kesini dan kesitu. Berkumpul dan tertawa bersama. Lalu aku? Aku hanya stuck sendirian disini. Ditemani diapers dan cucian piring kotor.

Berbeda dengan facebook, blog membuat aku tahu diluar sana, banyak ibu muda yang stres tiada akhir dengan balitanya. Aku tahu aku tidak sendiri.
Aku melihat hal-hal baru tanpa harus keluar rumah dan mereka peduli padaku!
Kehidupan di Aussie.
Relawan di Jerman.
Ibu rumah tangga di Korea.
Seorang istri gaul di Swedia.
Torehan pena virtual seorang suami di Jakarta.
Wanita muda yang mengejar cita-citanya kuliah hingga Amerika.
Ibu dua anak di Kalimantan.
Ibu muda di Amerika.
Ibu dua anak penuh petualangan.
Dan blogger-blogger berbakat dan menginspirasi lainnya...
(Bakalan panjang banget kalau dituliskan disini >_<)

See? Ternyata aku punya banyak teman! Aku serasa keliling nusantara bahkan dunia membaca cerita dan melihat foto-foto mereka.
Walaupun mereka tidak pernah bertemu denganku, aku bangga mengatakan bahwa mereka adalah temanku.
Walaupun hanya sekedar mampir di blog, sudah membuat aku merasa dihargai, apalagi jika mereka membaca dan mengutarakan komentarnya pada tulisanku. Dan tentu saja, award-award dari mereka yang membuat aku makin semangat menulis.

THROUGH THE PHASE

Akhirnya, setelah melalui proses yang cukup panjang dan tidak mudah, perlahan-lahan aku mulai kembali bisa mengumpulkan kepingan-kepingan tujuan dan harapanku. Aku mulai mendapatkan pencerahan dari pertanyaan-pertanyaan di benak yang begitu mengganggu.

Aku sudah jarang lagi ngambek pada suamiku. Tiap ia pulang, aku pasti tersenyum padanya. Aku pun tak bosan lagi berlama-lama dirumah. Aku makin rajin bereksperimen masak. Aku sudah jarang bad mood.
Aku jadi suka bercerita pada suamiku, postingan menarik apa yang kubaca hari ini.
Suamiku pun senang, aku menemukan passion yang membuat aku bersemangat setiap hari.
Kini jika ada orang bertanya kenapa tidak bekerja lagi, aku akan tersenyum dengan percaya diri mengatakan, "Iya, ini adalah pilihanku."

Kini, putraku juga jarang sakit-sakitan. Badannya makin berisi dan kosa katanya sudah banyak, bijak kalau kata orang-orang. Ia mulai pandai makan sendiri, main sepeda, pandai membantah (T_T), suka memanjat, makan apa saja dengan lahap, membereskan mainannya sendiri. Ia bahkan bisa membantu ibunya menyapu dan membersihkan kamar mandi.\(^_^)/

Itulah keputusan terbesar yang terbaik kedua yang telah kulakukan! (Yang terbaik pertama adalah menikah dengan ayahnya! ^_< )


CINTA = CITA

Kenapa wanita harus kembali lagi ke dapur setelah bersekolah tinggi?
Bagiku, berpendidikan tinggi bukan berarti dunia pekerjaan yang ada hanya kantor saja, menerima gaji saja. Ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan tanpa mengenyampingkan urusan rumah tangga, suami dan anak, tanpa harus diperintah orang lain, tanpa harus merasa tertekan! Tak sedikit pula akhirnya sang ibu malah membantu ekonomi keluarga hanya dari rumah.

Untuk itulah pendidikan tinggi, agar aku (dan ibu rumah tangga lainnya) belajar bagaimana melakukan pekerjaan biasa ini menjadi luar biasa serta mendidik dan mengasuh anak dengan lebih baik!

Ini bukan lagi Cinta VS Cita tapi Cinta = Cita.
Dengan cinta, cita-cita apapun tak mustahil lagi untuk diraih. Insya Allah.










Tulisan ini diikutsertakan dalam
yang diselenggarakan oleh 
Nurmayanti Zain

WISH ME LUCK!

(^_^)b






post signature

Komentar

  1. saya suka tlisan nya..smga saya bs mengambil ibrahnya dr pngalaman mbak..slamat tlsan nya terplh di GA..salam kenal.

    BalasHapus
  2. @meutia rahmahMaaf ya mbak baru dibales...makasih banyak yaaaa...

    BalasHapus
  3. Tulisannya bagus.. I love it,
    Persis pengalamanku :)

    BalasHapus
  4. harus banyak belajar nih...cita2 yang ingin segera sy ambil (walapun kyknya terlambat) :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kita belajar bu, gak ada kata terlambat kok :)

      Hapus

Posting Komentar

Your thoughts greatly appreciated! Share it with us! (^_^)
Nowadays, I've been have hard times to reply comments or blogwalking to your blog. So, thank you so much for visiting me here!

Postingan Populer