The Trauma #3

*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*

Sebelumnya di Trauma #1, iyak, tiba-tiba melintas kenangan yang buruk.

Suatu waktu, ketika (Almh) mama mertua lagi berkunjung kerumah, tanpa rencana, mama juga datang berkunjung. 
Lagi asik ngerjain kerjaan rumah, saya jatuh tertidur. Dan disitulah, ia mulai mengambil kesempatan untuk mengarang cerita ke mertua. Hal ini TENTU SAJA supaya mertua hilang kepercayaan pada saya. Alasannya? Narsistik memang terobsesi menghancurkan orang-orang terdekatnya, supaya tdk ada pegangan, dan ya untung-untung kembali bergantung padanya. Entah kenapa sesaat sebelum itu, saya kebangun, tapi hanya diam mendengarkan, tidak merubah posisi. Pura-pura tidur.

Seperti biasa, supaya meyakinkan, ia akan bercerita pelan-pelan dongeng-dongeng dustanya dimulai dengan penderitaan ia yatim piatu, membesarkan om saya seorang diri sehingga putus sekolah, lalu meningkat dengan mulai berurai air mata dan selanjutnya terisak-isak bagai ditinggal mati siapa, seolah-olah hatinya begitu tersakiti oleh anaknya yang tega melakukan hal tsb padanya. Betapa menderitanya ia, betapa sakit hatinya. Tidak lupa ditambah act out, memukul-mukul dada. 
Sungguh, kalau ia menyalurkan narsistiknya ini sebagai aktris, pasti sudah lama jadi saingan BCL. 

"Kemarin itu waktu orang ini mau menikah, ambo bilang untuk sabar menunggu. Tapi orang ini berdua nggak sabar"


>> Padahal faktanya, dua kali pak suami melamar, dua kali ditolak, alasannya ia mau buat pesta besar. Malu kalau dia nggak bisa bikin pesta besar untuk keluarganya. Sedangkan saat itu papa lagi dalam kebangkrutan, mau dapat uang darimana? Di lain waktu dia juga pernah bilang "Apa nggak ada laki-laki lain?"

Mendengar itu, air mata jatuh begitu saja. Setelah semua perkataan dan cerita bohongnya usai, dengan menangis, saya bertanya pada mertua, "Ama (Ibu) nggak percaya kan cerita mama? Ama percaya kan sama kami?" 

Sebegitu besar rasa ketakutan difitnah ibu sendiri, takut dimusuhi orang lagi, takut orang nggak percaya lagi, sampai harus bertanya seperti itu pada mertua sendiri. 

Alhamdulillahnya, mertua sama sekali nggak percaya kebohongan mama. Rasaya dada legaaaaa sekali 😭😭

Di saat akan menikah itu, suami cerita semuanya kenapa kami harus melangsungkan pernikahan. Sampai Alm papa kami biayai pesawatnya dari Jakarta - Padang supaya bisa menikahkan, padahal saat itu, sulit sekali biayanya. Mertua yang mendukung semua prosesnya. Dari mengurus surat pindah nikah, konsumsi, makeup dan baju adat, pelaminan, mengundang ibu-ibu pengajian. Mertua bilang lebih baik kami menikah apa adanya. Mertua kasian karena saya dianiaya sedemikian rupa dan harus tinggal sendirian. Kata-kata Ama selalu terngiang "Ibo Ama" dan selalu meneteskan air mata tiap bilang itu. Ya Allah rindunya. Ama, terimakasih karena setidaknya saya pernah merasakan kasih sayang ibu yang semestinya 😭

Alfatihah untuk Ama ❤️

Komentar

Postingan Populer