Ada Hati Yang Harus Dijaga

Deep talk dengan sahabat yang merupakan survivor KDRT, melabuhkan pada satu kesimpulan bahwa survivor kekerasan menjadi protektif pada orang-orang yang disayanginya, jika melihat tanda-tanda red flag*
Namun hal ini kadang menjadi bumerang untuk diri sendiri karena bagi yang tidak pernah dalam kondisi "tertekan" melihat reaksi kami adalah overprotektif, terlalu mengekang, tidak memaafkan pelaku, atau berprasangka buruk

Kami bisa tidak tidur berhari-hari jika saran dan larangan yang kami jabarkan pada orang-orang penting di hidup kami diabaikan. Kami bisa panik. Bisa tertrigger. Bisa insomnia. Menderita. 
Bagai melihat lagi yang terjadi dulu akan terjadi lagi.

Aku, pribadi, jadi begitu kesal jika anak-anak mengejek jelek, bodoh atau bongak satu sama lain. "DI RUMAH INI TIDAK ADA YANG BONGAK ATAU BODOH ATAU JELEK YA! DI RUMAH INI DILARANG KATA-KATA SEPERTI ITU!"
Apalagi kalau tetangga yang ngatain anak-anak demikian. Cengeng atau kurus segala macam. Hati bergolak mendidih.
Bagi orang lain, mungkin reaksi ini terlalu berlebihan, tapi bagiku ini memunculkan perasaan lama yang buruk dan pedih.
Bertahun-tahun semenjak kecil dikatain, "Hidungmu pesek", "Badanmu seperti babi, "Nggak bisa ngapa-ngapain" itu meninggalkan luka dalam yang tidak bisa hilang. Setelah menjadi ibu, aku berjanji pada diri sendiri, hal-hal ini, perasaan-perasaan merasa buruk pada diri sendiri, tidak boleh dialami oleh anak-anak. Terlebih dari ibunya sendiri. Kalaupun tercetus dari mulutku ketika marah, seketika meminta maaf pada mereka. 

Belakangan ini, tiba-tiba tertrigger dengan perasaaan "Aku tidak penting" ketika melarang seseorang melakukan sesuatu ketika melihat tanda-tanda red flag*.
Hari itu menjelang hari pertama puasa. Dan pertama kali pula ingin berkumpul dengannya untuk sahur bersama setelah sekian lama berpisah. Hari itu adalah hari penting buat diriku.
Ketika ia memutuskan untuk mengabaikan dan tidak datang sahur pertama puasa, seketika itu perasaan "Aku tidak penting" ini menyerang begitu saja.
Ia memilih mengabaikan dan hari itu aku menangis tersedu-sedu sepanjang hari.
Padahal belakangan sudah jarang menangis. Masalah apapun bisa diatasi tanpa menangis.
 I've done everything for him but he ignores me.

Lucu ya bagaimana aku bisa mengatasi banyak chat customer toxic yang datang tapi begitu roboh ketika orang terdekat  hanya satu saja, menjatuhkan perasaan.
Aku tahu aku akan memaafkannya, menyayanginya lagi lalu ia akan mengabaikan lagi. I hate that feeling. 
Seolah-olah orang-orang seperti ini menusuk pisau ke jantung, menariknya, mengobatinya, menusuk lagi, menarik lagi begitu seterusnya. Menyayangi seharusnya tidak seperti itu.
Menyayangi seharusnya menjaga perasaan orang yang kita sayang.

Kata sahabatku si strongest woman, survivor KDRT bilang, kadang orang perlu disakiti berulang kali supaya dapat pelajarannya supaya ngerti. 
Tapi pertanyaannya, ketika saat dia sudah mengerti, apa hatiku yang kujaga ini sudah kukunci rapat untuknya.



Note
*red flag diartikan sebagai sebuah kondisi di mana muncul tanda-tanda bahwa hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik. Sumber: https://www.suara.com/lifestyle/2022/01/14/191129/red-flag-artinya-pertanda-bahaya-dalam-sebuah-hubungan-kenali-tandanya-agar-tidak-terjebak

Komentar

Postingan Populer