Untuk Dicintai Ternyata Melelahkan


Allah bilang, manusia harus berbuat baik.
Tapi saat ini aku menangis tersedu-sedu, ternyata berbuat baik itu tidak lantas membuat diriku dicintai.

Sedari kecil, aku berusaha, berupaya, berjuang untuk dicintai ibuku. 
Belajar keras agar tetap juara kelas,
Mencuci baju dan menjemur baju sekeluarga sebelum pergi sekolah,
Mengasuh adikku setelah pulang sekolah,
Diam dirumah, membaca buku,
Tidak pergi ke tempat aneh-aneh.
Tidak pacaran dan berbuat aneh-aneh.
Supaya mama bangga padaku.
Tapi ia tetap tidak mencintaiku.
Ia mengatai aku hal-hal buruk tentang tubuhku.
Tentang pilihan-pilihanku.
Tentang semua yang ada dalam diriku.
Dan tentang semua mimpi-mimpiku.
Lalu aku tumbuh seperti tanpa punya ibu.

Lepas dari ibuku, aku berusaha, berupaya, berjuang untuk dicintai adik-adikku.
Silaturahmi ke rumahnya,
Mengakrabkan keluargaku dan keluarganya,
Jalan-jalan dan liburan bersama,
Membiayai kuliah,
Menahan egoku agar kami bisa rukun bersama,
Supaya adik-adikku sayang padaku sebagai kakaknya.
Tapi mereka tetap tidak mencintaiku.
Yang satu memutus kontakku tanpa penjelasan apapun.
Yang satu menghilang 2 tahun setelah biaya kuliah dari tabungan emas yang kukumpulkan sedikit demi sedikit dengan kerja yang penuh 
air mata, 
darah
dan keringat,
lalu ia kembali tanpa maaf.
Hatiku yang terkoyak, berupaya kurajut kembali.

Lepas dari adik-adikku, aku berusaha, berupaya, berjuang untuk menjaga pertemananku.
Walaupun aku jauh, kuusahakan bertanya kabarnya
Mendengarkan cerita-ceritanya
Memberikan solusi terbaik agar ia bahagia menjalani hidupnya
Ikut bahagia dengan pencapaiannya
Tapi ia tetap tidak mencintaiku.
Ia tidak menanyakan perasaanku berminggu-minggu.
Ia tidak memedulikan apa yang kualami.
Ia tidak sepeduli itu.
Ia bahkan tidak menjemput atau mengantarku ke bandara ketika aku kesana.
Kebingungan bagai orang desa di kota metropolitan.
Aku harus memaklumi kesibukannya. Dan ketidakpeduliannya.
Lalu aku patah hari dan memutuskan berhenti mengontaknya.

Lepas dari sahabatku, aku masih berusaha, berupaya, berjuang untuk dicintai suamiku.
Memasak,
Membereskan rumah,
Membesarkan anak-anak kami dengan kesabaran,
Membantu bekerja untuk ekonomi kami,
Tapi suami entah mendengarku atau tidak,
Sekali dua kali entah berapa kali
Aku ungkapkan kebutuhanku, keinginanku, agar aku bisa merasa dicintai
Tapi aku tetap memeluk kehampaan
Aku sendiri kesepian

Lepas dari itu semua, aku terus berusaha, berupaya, berjuang untuk dicintai karyawanku.
Merayakan tiap ulang tahun,
Mengajak makan enak,
Menonton,
Liburan bersama,
Bahkan diajak keluar negeri,
Tapi mereka tidak pernah loyal padaku,
Satu persatu berhenti, sebagian besar dengan menyakiti hatiku terlebih dahulu,
Tidak menghargaiku sebagai atasan,
Berutang,
Ijin entah ini atau itu agar tidak menaati peraturan,
Lalu aku tersentak.

Selama ini aku kira aku bukan people-pleaser. Aku teguh dan punya prinsip. Aku keras hati dan kepala. Tapi ternyata aku memang sekasihan itu,
Mengemis-ngemis untuk dicintai,
Menghabiskan uang, tenaga, waktu dan air mata demi dicintai.

Allah bilang, manusia harus berbuat baik.
Tapi saat ini aku menangis tersedu-sedu, ternyata berbuat baik itu tidak lantas membuat diriku dicintai.

Aku rindu cintaMu ya Allah.
Aku benci tidak dipedulikan siapa-siapa yang kupedulikan.
Aku tidak paham cara kerja dunia.
Aku tidak paham hati dan pola pikir manusia.

Seorang ibu selalu mengasihi, tapi semenjak juga jadi ibu, ia tidak ada lagi yang mengasihi.
Bisakah aku jadi putri kecil papaku lagi?



Komentar

Postingan Populer