Tangis

Setengah jam sudah berlalu menemani si kelas 2 SD yang meraung-raung menangis dalam selimut. Tidak mau dipegang, tidak mau mendengar dan tidak mau dibujuk. 

"Boo nggak mau sekolah! Bunda bilang nanti gurunya ganti! Tapi ini udah lama nggak juga ganti-ganti!"

"Iya, nanti gantinya bulan Juli. Masih ada 5 bulan lagi."

"Boo mau quit school!"

Sebenarnya mendengar itu, langsung gigit bibir menahan cengengesan. Anakku sungguh generasi Jaksel sekali.

"Boo tadi sebenarnya kenapa di sekolah? Dimarahi?"

"Iyaaaaa~~" Langsung nangis dan sesenggukan menjelaskan.

"Tadi Bilqis ambil pensil Boo, terus Boo lari ngejar. Tapi malah Boo yang kena marah. Kata ibuk, Boo tegak-tegak, disuruhnya Boo duduk," jelasnya.

"Hampir aja Boo nangis tadiiiii~"

Meraung-raung lagi.


Rasanya begitu lama, terkantuk-kantuk menunggu raungan dan tangisannya selesai.

"Kalau Boo udah habis marahnya, peluk Bunda ya. Boo mau Bunda disini atau di luar?"

Dengan memakai selimutnya, ia memberi tanda mengangguk. Lalu si ibu ini tiba-tiba teringat episode Masqurade tahun 1984 yang tadi sedang ditonton di Netflix.

Si pembawa acaranya pasti sudah tua banget ya. Penontonnya aja udah bangkotan menghadapi anak 8 tahun.


Seperempat jam berlalu, akhirnya badai berlalu juga. Sudah bisa dipegang dan dipangku lalu dicium bertubi-tubi.

"Boo boleh libur besok, nanti Bunda kasih tau Ibu Guru ya,"

"Kok Boo nggak kasih tau Bunda, waktu dijemput pulang sekolah? Boo malah senang banget. Senyumnya manis tadi. Lupa ya kasih tahu Bunda?"


Ia ambil minum, tangisnya tinggal sisa sesenggukan lalu kembali ke kamar.

Kucium lagi keningnya dan ia balas memeluk erat. Keringatnya membasahi baju, namun bau asam keringat seorang anak adalah parfum terharum di dunia untuk ibunya, bukan?


Melihat kemesraan itu, suami bertanya,"Bunda waktu kecil dulu, kalau nangis parah begini, gimana?"


"Kalau dimarahi, terus ketahuan nangis ya makin dipukul. Dimarahi nggak boleh nangis. Jadi kalau mau nangis, tutup mulut pakai bantal guling atau sembunyi nangis dalam lemari."


Dan emosi terpendam ini membuat ibumu yang beranjak dewasa saat itu bermasalah dengan angry management. Cepat tersinggung, cepat mengamuk. Butuh waktu bertahun untuk bisa mengontrol kemarahan. Untuk bisa memilah mana yang perlu marah mana yang perlu diabaikan.

Tujuannya hanya satu. Membesarkan kamu, dan abangmu dengan lebih baik. Kalian boleh menangis, walaupun lelaki. Tak perlu bersembunyi dalam lemari untuk punya emosi.





Komentar

Postingan Populer