Someone Who Stays to Watch Me Burn - Part 2: Narcissist Mom

(Disclaimer) Tulisan ini diperlukan kebijaksanaan dan pikiran terbuka dari pembacanya. Tulisan ini dimaksudkan untuk menolong dan membuka hati bagi siapapun yang berkaitan dengan penganiayaan terlebih pada anak-anak, baik pelaku, korban, tetangga, dan orang terdekat untuk mengambil langkah untuk menghentikannya.

***



The most terrible poverty is loneliness, and the feeling of being unloved ~ Mother Teresa
 

Penelusuran saya mengenai PTSD membawa saya untuk mencari tahu lebih banyak lagi apa yang telah terjadi sepanjang hidup saya. Saya mulai mencari jawaban, kenapa saya diperlakukan begitu dan kenapa orang yang seharusnya mencintai saya tega melakukan itu.

Akhirnya pencarian itu sampai pada kenyataan bahwa saya adalah seorang anak perempuan dari seorang ibu yang memiliki gangguan kepribadian Narsistik.


Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental dimana orang tersebut memiliki rasa akan diri mereka yang lebih penting, kebutuhan akan kekaguman yang mendalam, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Namun di balik topeng yang terlalu percaya diri ini terletak sebuah harga diri rapuh yang rentan terhadap kritik walaupun sedikit. (diterjemahkan dari sini)

Keluarga dengan orang tua narsisis cenderung untuk melakukan sesuatu dengan aturan-aturan tak tertulis. Anak-anak belajar untuk hidup dengan aturan-aturan, tetapi tetap bingung dan terluka oleh orang tua, karena aturan-aturan ini memblokir akses emosional mereka terhadap orang tua. Mereka pada dasarnya menjadi tidak terlihat (invisible) - tidak didengar, dilihat atau diasuh. Sebaliknya, dan tragisnya, aturan-aturan ini memungkinkan orang tua untuk tidak memiliki batas pada anak mereka dan dapat menggunakan (atau menganiaya) anak-anak seperti yang mereka mau. (sumber)

credit

Untuk menjelaskan bagaimana Narsisis (orang yang memiliki gangguan kepribadian Narsistik) memperlakukan anaknya, yang paling mudah adalah dengan perumpamaan Rapunzel yang dibesarkan oleh mama Gothel. Sudah menonton Tangled? Mama Gothel tidak mencintai Rapunzel, walau bagaimanapun caranya Rapunzel menyayangi Gothel layaknya ibu.



Di bawah ini adalah perilaku narsisis terhadap anak-anak (saya memilih ini, karena yang paling mendekati apa yang saya alami sehari-sehari, diterjemahkan dari pinterest):

1. Saya dapat mengatakan yang saya suka. Kamu tidak diperbolehkan untuk mengatakan sesuatu jika kamu tidak yakin itu tidak menyerang saya. (kata lain: memuji)



2. Saya bisa melakukan apapun yang saya suka. Kamu tidak diperbolehkan melakukan sesuatu jika kamu tidak yakin saya menyukainya.

3. Kamu harus menelpon saya secara rutin untuk menanyakan kabar saya dan beri saya perhatian. Saya tidak akan pernah menelponmu, kecuali saya butuh sesuatu.



4. Kamu harus menghormati saya. Saya tidak perlu menghormati kamu. Dan saya memang tidak.

5. Saya diperbolehkan berbohong mengenai kamu. Kamu tidak diperbolehkan mengatakan kebenaran tentang saya.

6. Saya diperbolehkan berbohong mengenai kamu, untuk membuatmu terlihat buruk. Kamu HARUS berbohong tentang saya, untuk membuat saya terlihat baik.

7. Saya satu-satunya yang diperbolehkan marah. Kamu tidak diperbolehkan untuk marah.

8. Saya satu-satunya yang diperbolehkan untuk memiliki "perasaan tersakiti". Kamu tidak diperbolehkan memiliki perasaan yang terluka.

9. Saya satu-satunya yang diperbolehkan merasa "terhina". Kamu tidak diperbolehkan merasa terhina.
credit
10. Saya dapat menuduh kamu melakukan hal-hal yang tidak pernah kamu lakukan, dan kamu tidak diperbolehkan untuk membuat kebohongan dengan membela diri kamu.

11. Kamu tidak diperboehkan mengekspos saya dan mengungkapkan hal-hal yang BENAR-BENAR saya lakukan. Kamu harus menutupi apa yang saya lakukan dan katakan, dan merahasiakannya.

12. Kamu tidak diijinkan untuk protes. Itu adalah tugas saya.

13. Kamu tidak diperbolehkan mengonfrontasi saya. Sayalah yang diperbolehkan mengonfrontasi siapa saja.

14. Saya dapat cemberut, memutar bola mata dan mencibir padamu, tetapi kamu tidak boleh melihat saya "lucu" atau bahkan tersenyum pada saya.

credit
15. Saya bisa berhenti bicara padamu, tetapi kamu tidak boleh tidak bicara pada saya.

16. Saya bisa merajuk pada kamu, tetapi kamu tidak punya hak untuk pergi dari saya.

17. Ketika saya siap untuk tidak merajuk lagi padamu, kamu harus meminta saya baikan lagi dan kembali bicara pada saya lagi, tanpa diskusi lebih jauh yang menyebabkan perselisihan kita.

18. Saya boleh curhat pada orang lain tentang kamu, tetapi kamu harus menderita dalam diam.

19. Saya bisa mengatakan pada semua orang hal-hal yang "telah" kamu lakukan pada saya, tapi kamu tidak diperbolehkan mengatakan pada siapapun hal-hal yang telah saya lakukan padamu.

credit
20. Kamu tidak diperbolehkan memiliki pendapat yang berbeda dari saya.

21. Kamu harus setuju dengan apa saja yang saya katakan, tetapi saya boleh mengkritik dan merendahkan apapun yang kamu katakan.

22. Saya tidak memiliki selera humor ketika itu dari saya. Kamu harus menanggapinya serius, tetapi saya diperbolehkan untuk meledek bahkan tertawa di depan wajahmu.



23. Jika kamu tidak tahu kenapa saya marah, lebih baik kamu mencari tahu, karena saya tidak akan mengatakannya.

24. Jika orang lain mengecewakan saya, kamu LEBIH BAIK berpihak pada saya dan ikut mengonfrontasinya. Jika orang lain mengecewakan kamu, bagus untukmu. Kamu memang pantas mendapatkannya.

25. Saya tahu segalanya, kamu tak tahu apapun.

26. Kamu lemah dan anak bawang. Saya adalah yang terdepan dan kamu harus selalu tahu itu dan tidak melupakan tempatmu.

***
Anak-anak yang telah dewasa dari keluarga narsisis dipenuhi oleh kemarahan, merasa seperti seseorang yang hampa, merasa ada yang kurang dan rusak, menderita kecemasan dan depresi periodik, dan tidak memiliki petunjuk tentang bagaimana dia menjadi seperti itu (Pressman and Pressman, The Narcissistic Family)
credit
Narsisis memasang sebuah filter mental di kepala anak-anak mereka sepanjang waktu. Apa yang kita lakukan, katakan bahkan yang kita pikirkan akan melalui filter ini.
"Apakah ia akan kecewa jika saya melakukan/berkata/berpikir begini?"
"Apakah ia akan setuju atau tidak setuju?"
"Apakah ia akan tersakiti oleh itu?"

Saya ingat hampir setiap hari saya melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati ibu saya hanya demi sebuah senyuman darinya. SEBUAH SENYUMAN. Saya mengingat ultahnya, memuji masakannya, memberikan ia hadiah, memeluknya, memuji dandanannya, berusaha keras agar tetap rangking 1, menghabiskan banyak waktu di kamar untuk belajar, membelanya ketika ia tersakiti (yang hampir setiap hari terjadi dan malangnya saya, itu hanya manipulasi), tidak pacaran supaya fokus kuliah, menjadi mahasiswa undangan, mendapatkan beasiswa, apapun. Apapun supaya ia tersenyum tulus pada saya. Dan di umur saya yang ke 21 tahun, saya mendapatkan satu senyuman. Ketika saya wisuda.


Satu senyuman itu pun bukan untuk saya. Senyum itu untuk dirinya sendiri. Untuk kerja kerasnya menguliahkan saya. Satu senyuman itu bukan berarti ia akan lebih mencintai saya. Saya harus berusaha lagi mendapatkan senyuman lain darinya. Kalau dipikir lagi, betapa bodoh dan tololnya saya. Tapi bukankah mencintai ibu memang naluriah sebagai anak perempuan?

Ibu narsisis tidak berhenti menjadi narsisis ketika anak-anaknya beranjak dewasa. Ia akan membuat sesama saudara saling menentang. Ia akan membandingkan saudara. Ia akan berbicara dengan saudara tentang saudara yang lain.(sumber)



Kenyataan bahwa ibu kami seorang narsisis, saya membicarakannya dengan adik. Setelah hampir 28 tahun kami bersaudara, itulah pembicaraan 'saudara' yang hampir tidak kami lakukan. Kami menelusuri kenapa kami selalu bertengkar sepanjang waktu sedari kecil. Ketika ibu bersama saya, ia akan mengatakan sesuatu yang jelek tentang adik saya. Ketika ia bersama adik saya, ia akan mengatakan sesuatu yang jelek tentang saya. Lalu kami harus memihak. Tentu saja pihaknya. Dan ketika kami sedang bersama, ia akan mengatakan seharusnya kami rukun antar saudara. Sungguh sangat sulit dan rumit. Tiada yang bisa memuaskan seorang narsisis.



Dikutip dari sini, seorang ibu narsisis akan berbohong dalam segala cara yang terlalu banyak untuk dihitung. Kapan saja ia berbicara tetang sesuatu yang emosional untuknya, pasti itu adalah kebohongan. Berbohong adalah suatu cara untuk membuat konflik dalam hubungan dan orang-orang yang ada disekitarnya - ia akan berbohong pada mereka tentang apa yang orang lain katakan, apa yang mereka perbuat, dan apa yang mereka rasakan. Ia akan berbohong tentang hubungan dengan mereka, tentang perilaku kita dan situasi kita untuk membuat ia lebih baik dan membuat kita lebih buruk.



***
Saya rindu ibu saya. Di hati yang paling terdalam, saya mencintai ibu saya. Tetapi ketika saya mulai merindukannya, saya melihat lagi segala kata-kata buruk yang telah dimuntahkannya, segala kebohongan, segala kekasaran, segala pukulan, segala caci-maki, segala sumpah serapah dan segala hal-hal kecil yang saya kira adalah cintanya pada saya.

Pada akhirnya, saya sadar bahwa ibu yang saya rindukan adalah ibu seperti apa saya kelak.

credit

Memaafkan bukan berarti membiarkan tindakan kejahatan seperti itu. Memaafkan berarti saya tidak lagi membiarkan diri menjadi korban.

***

"Aku sayang mama..."
"Mama tahu. Mama tahu kamu sayang mama..."

Dan pada akhirnya ketika telpon itu ditutup, aku tetap tidak bisa mendapatkan cinta dari mama.  Bahkan untuk mengatakan 'Mama juga sayang kamu' sebuah kalimat sederhana yang akan dikatakan oleh hampir seluruh ibu di dunia ini untuk anak perempuannya, adalah hal yang mustahil.
Aku berjanji.
Anak-anakku tidak boleh merasakan cinta bertepuk sebelah tangan dari ibunya.

***

I am not what happened to me, I am what I choose to become    ~ Carl Gustav Jung


~ bersambung ~



Someone Who Stays To Watch Me Burn : Part 1 - PTSD

Someone Who Stays To Watch Me Burn : Part  2 - Narcissist Mom

Someone Who Stays To Watch Me Burn : Part  3 - Narcissist Wife

Someone Who Stays To Watch Me Burn : Part 4 - Healing After Abuse


post signature

Komentar

  1. Banyak perempuan yg seperti itu, tampak hebat diluar tp dirumah anak2nya tidak bahagia. Semoga sharingmu dibaca oleh anak2 atau ibu2 lain yang berada dalam posisimu ya May.Kamu adalah sumber inspirasi bagi mereka yang terus berusaha membuat dirinya lebih baik bagi keluarganya, terutama bagi suami & anak2 tercinta.

    BalasHapus
  2. Kisahmu mengisipirasi banyak orang, May.. Bahwa memang, setiap keluarga memang memiliki kondisi psikologis masing-masing, dan tiap anggota keluarga haruslah bisa mengimbangi problemnya masing-masing. Keep fight, May..

    BalasHapus
  3. Maaaaay...
    *kirim virtual hug yang paling-paling erat buat Mayya*

    Butuh keberanian yang sangat besar dan tekad yang kuat untuk membuat tulisan ini...
    Sungguh aku salut dan kagum ama dirimu May :))

    Mudah2an Mayya bisa menjadi ibu yang terbaik untuk anak-anak yaaah :)
    Semangat terus yaaah :)

    BalasHapus
  4. well and beautifully written. Hugs!

    BalasHapus
  5. Aku agak ngeri baca ini. Aku baru tahu ada ibu yg seperti itu.
    Tapi tetap gak bisa dipungkiri kita lahir dari rahim seorang ibu, kyk apapun ibu kita harus tetap berbuat baik.
    Semoga Alloh menguatkan mba Mayya :)

    BalasHapus
  6. Mbak mayya..you are so strong.. *peluuuuk

    BalasHapus
  7. sharing yang memaksa saya 'ngaca' , ibu seperti apakah saya? dan saya harus berbenah diri agar menjadi ibu yang membuat anak2 bahagia

    BalasHapus
  8. Hiks.. *peluk mayya* :((
    Baca tulisan ini aku jd sadar bahwa sbnrnya narcisistic mothers banyak di sekitar kita, dr yg level ringan hingga berat. Dan org diluar sana sering kali tdk bs mendeteksi jenis kekerasan pd anak yg bentuknya spt ini.
    Jd instropeksi diri jg, smoga aku ga jd narcissictic mother.

    BalasHapus
  9. Peluk Mbak Mayya :'( Kalau aku dulu dapat kekerasan dari Ayah dan itu membuat trauma sampai sekarang. Tapi, yang namanya orangtua, tetap nggak boleh dibenci ya. Tulisan ini membuatku introspeksi agar lebih baik lagi mengasuh anak-anak. Kirain ibu narsis itu yang suka foto-foto. Ibuku sendiri, alhamdulillah terlalu baik. Aku ingat pernah benci sama ibu temanku gara-gara menghinaku terus, tapi anaknya dipuji-puji terus, dibanding-bandingin sama aku. Kalau itu namanya ibu apa ya?

    BalasHapus
  10. baca tulisan ini saya jadi sadar :(

    BalasHapus
  11. peluuk maya...Allah with you dear...

    BalasHapus
  12. Salam kenal Mbak. Thanks for sharing ya. Semoga Mbak selalu diberi kekuatan menghadapi orang tua, dan in syaa Allah berkahnya untuk Mbak dan keluarga. Aamiin.

    BalasHapus
  13. Mbak May moga perlakuan buruk apapun yang diterima di masa lalu jadi pelajaran agar menjadi ibu yang lebih baik saat ini ya. Dan tulisan ini juga bisa jadi introspeksi bagi para ortu termausk aku supaya bisa mencintai anak sepenuh hati, seperti kalimat di akhir tulisan ini yang aku suka banget. Anak2ku tidak boleh merasakan cinta yang bertepuk sebelah tangan dari ibunya :')

    BalasHapus
  14. Lama tidak sempat main kesini, dan begitu banyak tulisan inspiratif yang tidak semua orang sanggup membaginya. Salut dengan Mayya yang begitu tegar dan teguh dalam menjalani semua ini. Sharing ini, saya yakin, akan mampu membuka wawasan banyak orang, yang mudah2an akan mampu pula mengedukasi kita-kita untuk terhindar dari prilaku narsistik. Thanks for share, May, its inspiring and educative. *Peluk Mayya.

    BalasHapus
  15. Salam kenal mba,...


    Kisah mba sedikit banyak menimpaku, walaupun aku ga tau oom ku itu termasuk narsis atau tidak. Tapi hidup bersama dia serasa dalam penjara. Semua serba ga boleh, serba salah. Dan ketika dia pindah, rasanya lega luar biasa. Sampai sekarang trauma itu masih membekas di saya. Peluk mba Mayya

    BalasHapus
  16. saya nggak nyangka ada ibu seperti itu. cuma bacanya aja sedih apalagi yg mengalami... tetap kuat mbak mayya.. *hug

    dan catatan ini semoga jadi pengingat bagi kita semua.. tfs mbak.

    BalasHapus
  17. Salam kenal Mbak Maya, Dapat link tulisan ini dari Fardelyn Hacky. Hanya bisa berdoa semoga Mbak Maya dan Ibu diberi rasa saling mencintai dan menyayangi yang berbalasan satu sama lain. Semoga Allah SWT menyadarkan ibu untuk mencintai anak-anaknya dengan tulus.

    BalasHapus
  18. Oalah jadi ini disebut juga gangguan kepribadian narsistik. Gak bisa kubayangkan kalau aku berada di posisi Mbak Maya sebagai anak kandung walaupun di sekitarku juga ada Mbak yang seperti itu. Awalnya aku pikir itu cuma kepribadian biasa yang "Suka menang sendiri dan selalu menganggap dirinya benar". hmmm tetap jadi pribadi yang kuat Mbak Maya, semoga kita tidak menjadi pribadi narsistik bagi anak-anak kita maupun bagi orang lain.

    BalasHapus

Posting Komentar

Your thoughts greatly appreciated! Share it with us! (^_^)
Nowadays, I've been have hard times to reply comments or blogwalking to your blog. So, thank you so much for visiting me here!

Postingan Populer