#asapRiau #PrayforRiau Asap Azab
Kangen menjemur pakaian disinari berkas sinar matahari pagi
Kangen menemani si bocah main sepeda di sore hari
Kangen mendengar suara si bocah main mobil-mobilan di teras rumah
Kangen jalan-jalan keluarga di saat suami libur
Kangen menghirup udara segar dan menginjakkan kaki di rumput yang berembun
Kangen melihat langit biru di siang hari dan bintang-bintang di malam hari
Sudah sebulan hidup bersama asap. Sekarang status kota Pekanbaru sudah di level berbahaya. Semoga pelaku pembakaran demi lahan kelapa sawit atau gedong mewah dan pejabat-pejabat yang membiarkan itu terjadi dibalaskan kelak.
Geram sudah tak perlu dikatakan lagi. Para pedagang merugi. Orang-orang enggan ke mana-mana. Anak-anak tak bisa main ke luar rumah.
Suntuk sudah tak perlu dikatakan lagi. Ngajak anak-anak refreshing udah gak bisa. Berbagai rencana wiken gak bisa terealisasi.
Masih ingat plot Simpson the Movie dimana kota Springfield dikarantina pakai kubah besar? Seperti itulah Riau sekarang. Lebih parah lagi, kubah besar yang diasapin. Mau mengungsi pakai pesawat, bandara ditutup. Mau mengungsi pakai jalan darat, jarak pandang pendek sekali, rawan kecelakaan.
Sampai-sampai Upin dan Ipin di negara tetangga pun protes. Little Bee lebih hafal kata 'jerebu' daripada kata asap. Miris sekali.
Kalau ada yang bilang, kebakaran hutan di Riau terjadi karena musim kemarau, percayalah, hutan di Kalimantan jauh lebih luas dibandingkan disini. Ini sudah terjadi tiap tahun, sejak 1997, ketika saya masih 1 SMP, pertama kali ketika masalah asap muncul dan kami diliburkan. Saya tahu ini bukan bencana alam, tapi bencana akibat ulah manusia-manusia yang serakah dan tamak. Demi segepok uang, menyengsarakan banyak orang lain. Mudah-mudahan asap api neraka juga dijejalkan ke dalam hidung mereka kelak *bilang saya sadis.
Kenapa Riau terkenal justru karena asap? Dan hebatnya lagi diulas TIME bok! Mau bangga?
Pekanbaru apakah termasuk negara Indonesia juga? Kenapa seolah-olah negeri kami ini dianaktirikan?
Apa bedanya dengan banjir di Jakarta?
Karena asap, kami sekeluarga terpecah. Saya dan anak-anak harus mengungsi kerumah mertua di Payakumbuh, sedangkan suami tetap harus mencari nafkah di negeri asap ini. Jangan ditanya betapa kuatirnya saya. Sampai-sampai saya berpesan pada suami, "Ingat yah, ayah jauh lebih berharga untuk kami dibandingkan perusahaan. Ayah gak masuk berhari-hari pun, perusahaan gak akan bangkrut."
Entah kapan perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor meliburkan karyawannya. Apakah harus ada yang sekarat atau meregang nyawa dulu seperti Mita Diran barulah para atasan mengerti hal ini berbahaya?
Untuk perkembangan lebih lengkap bisa baca di blog Lianda Marta. Bagi teman-teman yang peduli, yuk ikut petisi #asapRiau disini. Bantu kami.
*Tayang juga di melawanasap.com
Kangen menemani si bocah main sepeda di sore hari
Kangen mendengar suara si bocah main mobil-mobilan di teras rumah
Kangen jalan-jalan keluarga di saat suami libur
Kangen menghirup udara segar dan menginjakkan kaki di rumput yang berembun
Kangen melihat langit biru di siang hari dan bintang-bintang di malam hari
Sudah sebulan hidup bersama asap. Sekarang status kota Pekanbaru sudah di level berbahaya. Semoga pelaku pembakaran demi lahan kelapa sawit atau gedong mewah dan pejabat-pejabat yang membiarkan itu terjadi dibalaskan kelak.
***
Geram sudah tak perlu dikatakan lagi. Para pedagang merugi. Orang-orang enggan ke mana-mana. Anak-anak tak bisa main ke luar rumah.
Suntuk sudah tak perlu dikatakan lagi. Ngajak anak-anak refreshing udah gak bisa. Berbagai rencana wiken gak bisa terealisasi.
gambar diambil dari Lianda Marta |
Masih ingat plot Simpson the Movie dimana kota Springfield dikarantina pakai kubah besar? Seperti itulah Riau sekarang. Lebih parah lagi, kubah besar yang diasapin. Mau mengungsi pakai pesawat, bandara ditutup. Mau mengungsi pakai jalan darat, jarak pandang pendek sekali, rawan kecelakaan.
foto dari mbak lusi |
Sampai-sampai Upin dan Ipin di negara tetangga pun protes. Little Bee lebih hafal kata 'jerebu' daripada kata asap. Miris sekali.
Kalau ada yang bilang, kebakaran hutan di Riau terjadi karena musim kemarau, percayalah, hutan di Kalimantan jauh lebih luas dibandingkan disini. Ini sudah terjadi tiap tahun, sejak 1997, ketika saya masih 1 SMP, pertama kali ketika masalah asap muncul dan kami diliburkan. Saya tahu ini bukan bencana alam, tapi bencana akibat ulah manusia-manusia yang serakah dan tamak. Demi segepok uang, menyengsarakan banyak orang lain. Mudah-mudahan asap api neraka juga dijejalkan ke dalam hidung mereka kelak *bilang saya sadis.
Kenapa Riau terkenal justru karena asap? Dan hebatnya lagi diulas TIME bok! Mau bangga?
Pekanbaru apakah termasuk negara Indonesia juga? Kenapa seolah-olah negeri kami ini dianaktirikan?
Apa bedanya dengan banjir di Jakarta?
Karena asap, kami sekeluarga terpecah. Saya dan anak-anak harus mengungsi kerumah mertua di Payakumbuh, sedangkan suami tetap harus mencari nafkah di negeri asap ini. Jangan ditanya betapa kuatirnya saya. Sampai-sampai saya berpesan pada suami, "Ingat yah, ayah jauh lebih berharga untuk kami dibandingkan perusahaan. Ayah gak masuk berhari-hari pun, perusahaan gak akan bangkrut."
Entah kapan perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor meliburkan karyawannya. Apakah harus ada yang sekarat atau meregang nyawa dulu seperti Mita Diran barulah para atasan mengerti hal ini berbahaya?
Ya Allah, jagalah dan lindungilah suamiku. Aku tak akan sanggup jika terjadi sesuatu kepadanya. Sungguh, sekarang hanya kepada-Mulah aku berserah diri. Kutitipkan suamiku kepada-Mu. Persatukanlah kami kembali.
Untuk perkembangan lebih lengkap bisa baca di blog Lianda Marta. Bagi teman-teman yang peduli, yuk ikut petisi #asapRiau disini. Bantu kami.
*Tayang juga di melawanasap.com
wah sampe segitunya ya kak maya ? semoga kak maya sekeluarga di beri keselamatan dan orang orang yang seenaknya menimbulkan asap membahayakan segera disadarkan.
BalasHapusya ampun... parah amat ya..
BalasHapusmoga2 segera ilang asap2nya ya... :(
kalau bencana alam, mungkin memang kehendak Tuhan.. tp kalau bencana ky gini, duh gemes bgt rasanya :(
BalasHapussmoga segera berakhir..
hickz,ini di Siak juta masih tebelll banget mbk.... :(
BalasHapusYa Allah sampai nangis aku Mak bacanya. Ya Allah segera pulihkan kondisi Riau. Semoga pemerintah terdekat mendengar dan mampu melunakkan para oknum yang egois membabat hutan untuk kepentingan mereka. Miris, anak-cucu kita kelak akan diberi peninggalan apa? kalau bukan hutan yang lebat sebagai penangkal banjir?
BalasHapusIkut sedu
mba Mayy..aku sediih bacanya.. :,(
BalasHapussmoga cepet berlalu ya..dan keadaan akan pulih seperti sedia kala.. *peluuukk*
Sedih bacanya. semoga asapny segera surut dan ada tindakan nyata dari pemerintah, ya, mak. Bukan sekadar lip service.
BalasHapusSaya bisa merasakan kesedihan dan rasa marahnya mak...sy yakin jg itu terjadi krn dibakar n pemerintah yg ikut bermain sok2 sdh berusaha keras mengatasinya..kongkalingkong yg bikin muak...di tj pinang jg musim kemarau, skrg krisis air bersih krn hutan dah habis digunduli penambang bauksit ...sama2 deritanya...mungkin kta minta suaka aja ke brunei ya mak
BalasHapusMayy.. turut sedih deh sm kondisi disana :(
BalasHapusSemoga asap segera berlalu yah..
ya ampun parah bgt ya say.. ga bs mbayangin klo aku ada disana. Apalg punya kalo punya bayi 'n anak kecil. Orang dewasa aja ga tahan, apalg anak2. Bahaya bgt asapnya buat kesehatan. Tapi semoga mak mayya sekeluarga dan org2 disana slalu diberi kekuatan dan ketahanan mental 'n fisik. sabar ya cinta *peluk*.
BalasHapusHeran bgt ya knp pemerintah diem aja.. Ikutan geram nih
sedih banget ya mbak, semoga segera bisa hilang asapnya
BalasHapussemoga kondisi cepat puluh kembali ya mbak.... nggak tahan juga nih.. ampe jemuran bau asap... ;(
BalasHapusMerinding bacanya, May.. ya Allah, semoga lekas sadar para pengusaha itu. Kasihan anak-anak. Kasihan ibu hamil. Kasihan pra orang tua.
BalasHapusAku kangen jogging, udah endut huhhuhuuuu
BalasHapusngeri liatnya, mak. apalagi ngrasain sendiri di sana ya. semoga segera turun hujan agar apinya padam dan asapnya menghilang :(
BalasHapusSemoga cepat berlalu ya, mak..... udah mulai sampe jambi juga nich....:)
BalasHapusMayya take care yaa... Moga2 bisa segera diatasi asapnya. Keterlaluan juga sampai berulang-ulang, tapi ga pernah ditangani :(
BalasHapusHiksss. Sedih banget baca tentang ini. Semoga bantuan Allah segera datang kalau memang pejabat kita ga punya nurani mengatasinya..
BalasHapusSoal asap ini sudah bertahun2 bukannya dicari solusi tapi semakin lama semakin parah dan makin membahayakan ya. Padahal kalau sudah rutin terjadi kan bisa dicari cara penanggulangannya, terus disana kan banyak perusahaan besar kayak perusahaan minyak, perusahaan sawit, tapi mereka ga ada actionnya juga.
BalasHapusBagaimana kondisi Riau sekarang mak?
BalasHapusSudah tak berasap lagi?
btw, salam kenal