tag:blogger.com,1999:blog-66852917948692958472024-03-27T07:56:45.836+07:00Morning RaindropsMayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.comBlogger318125tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-14004210427431243162024-03-27T07:56:00.001+07:002024-03-27T07:56:12.391+07:00The Trauma #5*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*<div><br></div><div>Semasa kecil, ada beberapa hal kecil ganjil tapi saya abaikan. Ibu saya pintar menjahit. Dia menjahit banyak kebaya untuk dirinya sendiri. Kebaya cantik yang banyak detail dan beraneka macam warnanya. Anehnya, hanya 2 kali yang saya ingat ia pernah jahitkan untuk saya. Baju warna merah semasa saya berumur 5-6 thn dan baju ultah saya yang ke 17, yang waktu itu saya sketsa sendiri. Hanya itu saja. </div><div><br></div><div>Mukena. Ia membeli mukena yang bagi saya kecil itu sungguh cantik sekali. Tapi ternyata bukan untuk saya. Ia membelinya untuk dirinya sendiri. Bahannya satin mengkilat dan rendanya sungguh detail dan rapi. Sedangkan ia membeli mukena untuk saya yang bahannya kaku, rendanya jelek dibagian tepi. Yang seolah-olah dilubangi dengan tidak ikhlas dengan alat yang dipanaskan lalu ditusukkan ke kain.</div><div><br></div><div>Hampir di setiap ulang tahun saya, ia tidak mengucapkan atau turut gembira di hari ultah saya itu. Ia akan pura-pura lupa dan jika saya merajuk karenanya, ia akan balik marah dan membela diri bahwa ia sudah melakukan sesuatu untuk saya di hari ultah saya. Ia akan membuat drama sendiri di HARI ULTAH SAYA. </div><div>Padahal di hari ultahnya saya selalu ingat dan berusaha mengucapkan pertama kali. Ya tapi tetap saja ia mengabaikan saya seolah-olah apa yang saya kerjakan untuknya itu tidak berarti. </div><div><br></div><div>Kalau saya membawa teman ke rumah, ia akan bersikap super manis dan ramah. Senyumnya akan disebarkan pada satu-satu teman saya. Aneka makanan akan dikeluarkannya. Intonasi suaranya begitu lembut. </div><div>Dan ketika mereka pulang, mode defaultnya akan kembali lagi. Dingin, tidak senyum, bicara yang tidak ramah, kembali pada saya. </div><div><br></div><div>Apalagi kalau sampai ia tahu saya punya teman dekat. Ia akan membuat itu jadi senjata bumerang. </div><div>Jika teman dekat saya pintar masak, ia akan menggunakan itu untuk jadi bahan merontokkan harga diri saya. </div><div>"Itu aja nggak bisa. Liat itu si xxx, pandai dia nolong mamanya. Pintar dia masak. Nggak kayak lu! Bisanya habisin uang terus!" </div><div>Setelah itu saya menjauhkan diri dari teman dekat saya itu. </div><div><br></div><div>Dampaknya ketika saya dewasa, saya menjadi avoidant. Saya menghindari banyak orang agar saya tidak kecewa. Padahal seharusnya saya komunikasikan. Ini masih sulit sekali untuk diperbaiki. Tapi bisa pelan-pelan dengan suami dan anak-anak. </div><div><br></div><div>Ketika saya beranjak besar, saya tidak tertarik lagi merayakan ultah. Bagi saya, yg mengucapkan ultah untuk saya, ialah yang menganggap saya penting. Belakangan ini saya menyadari, ada atau tidaknya orang yang merayakan ultah kita, kita penting bagi diri kita sendiri. Diri kita sudah bertahan dan berjuang, makan teratur, banyak belajar ilmu baru dan mengatur pola hidup sehat. Seharusnya kita berterimakasih yang banyak untuk diri sendiri. Mari kita rayakan, dengan ataupun tanpa orang lain. Biasanya saya akan makan sendirian di resto dengan menu mewah dan membeli kado untuk diri sendiri. Hal ini sangat membantu menaikkan kepercayaan diri dan afirmasi bahwa kita juga sama pentingnya dengan orang lain. Pengabaian ibu saya ketika saya berulang tahun seolah-olah saya tidak penting untuk lahir ke dunia ini, bukanlah tolok ukur nilai diri saya. <br></div><div><br></div><div>Saya masih ingat hari ultah ibu saya, tapi saya tidak menghubunginya atau memberi kado lagi. Saya tidak mau menjadi supply energi negatifnya lagi. </div><div><br></div><div>Saya mulai menyenangi membeli baju atau apapun yang membuat saya nyaman memakainya. Tak lagi memandang orang lain suka atau tidak. Tak memandang merk atau trend. Saya suka, saya beli, saya pakai. </div><div><br></div><div>Oh ya satu lagi keanehan ganjil. Ibu saya mendoktrin semua orang dirumah untuk menyukai warna biru. Hingga saya besar saya pikir saya suka warna biru. Tapi ternyata tidak ๐คฃ</div><div>Bahkan warna favorit saya pun saya tidak tahu. </div><div>Belakangan setelah jadi ibu, saya tahu saya suka warna hijau muda dan pink. Saya akhirnya punya warna favorit ๐</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-19676012970194248282024-03-17T07:12:00.001+07:002024-03-17T07:12:42.731+07:00The Trauma #4<div><b>*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*</b></div><div><br></div><div>Sewaktu SMA kelas 2 sekitar tahun 2002, saya memutuskan untuk berhijab. Sebelum-sebelumnya saya pernah tanya ke mama, kalau saya berhijab sedangkan mama nggak, mama keberatan nggak? Lalu dia bilang gapapa. Memegang jawabannya itu berapa bulan setelahnya saya utarakan niat untuk berhijab. Tak pernah diduga, ia marah besar. Walaupun ia marah, saya tetap belajar berhijab. Awalnya sekitar rumah saja kalau keluar rumah. Puncaknya ketika sedang menyapu halaman, dan memakai jilbab instan, ia naik pitam.</div><div><br></div><div>"Mau tunjukkan ke orang kalau lu itu lebih baik dari mama?"</div><div>"Apa kata orang, dulu sekolah di sekolah kristen, tapi sekarang pakai jilbab?"</div><div>"Gimana teman-teman sekolah? Mereka kan bukan muslim, tapi lu pakai jilbab!"</div><div>"Keluarga papa itu Chinese, gimana nanti kata mereka?" </div><div>"Susah tau cari kerja, kalau pakai jilbab! Dulu teman mama, anaknya kerja di bank, harus buka jilbab"</div><div>"Mana ada laki-laki nanti yang mau sama perempuan berjibab? Susah dapat jodoh!"</div><div>"Berjilbab-jilbab nanti lama-lama jilbab lebar abis itu jadi fanatik!"</div><div><br></div><div>Saya telan semua cercaannya sambil tentu saja menangis. </div><div><br></div><div>Lalu ia bilang, "Kalau masih pakai jilbab juga, keluar dari rumah!"</div><div><br></div><div>Akhirnya saya mengalah. Saya tanya lagi kapan boleh pakai jilbab? Kuliah katanya.</div><div><br></div><div>Tapi memang pada dasarnya NPD tidak pernah konsisten dengan kata-katanya, ketika kuliah saya memulai berjibab, selama sebulan ia tidak menyapa saya. Mukanya selalu masam (dan biasanya memang selalu masam pada saya, cuma lebih masam saja dari sebelumnya ๐)</div><div><br></div><div>Well, semua kata-kata menakutkan yang digaung-gaungkannya tidak pernah terbukti.</div><div><br></div><div>Saya menikah <b>setahun</b> setelah menyelesaikan kuliah. Saya <b>bisa bekerja kantoran</b>, bahkan sebelum saya wisuda. Jilbab saya juga <b>tidak berpengaruh</b> dalam hubungan dengan teman-teman saya di sekolah swasta katolik dan keluarga papa, rekan kerja atau atasan.</div><div><br></div><div>Selama masa dicerca oleh mama, peralihan memakai jilbab itu, papa diam saja. Waktu itu saya ragu, sebenarnya diamnya papa ini setuju atau tidak setuju, tidak berani menanyakannya secara langsung. </div><div><br></div><div>Setelah pakai jilbab, sewaktu kuliah, papa pernah menyerahkan 2 baju lengan panjang warna merah dan kuning dan bilang bahwa itu baju yang dibelikannya untuk mama, tapi biar saya aja yang pakai. </div><div><br></div><div>Bertahun setelahnya, papa meninggal dunia, lalu memori papa memberikan 2 baju itu muncul. Tiba-tiba hati saya tersentak. Baju itu bukanlah baju style mama. Baju lengan panjang. Saat itulah saya sadar, selama ini papa sudah meridhoi saya pakai jilbab dengan memberikan 2 baju lengan panjang itu, yang memang untuk saya. </div><div>Alfatihah untuk papa โค๏ธ</div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-83879618339047516772024-03-04T19:21:00.001+07:002024-03-04T21:44:49.665+07:00Let It GoSome thoughts about friendship. <div><br></div><div>Makin udah di umur menjelang 40 ini udah nggak terlalu ingin berteman lagi, karena berteman itu artinya jadi lebih banyak drama daripada hepi. Udah kepengen damai aja gitu hidup, karena tahun-tahun sebelumnya sangat struggle memperjuangkan pernikahan, membesarkan dan mendidik anak-anak, meningkatkan taraf hidup dan ekonomi. Sangat berdarah-darah. Udah capek fisik dan mental kalau harus berjuang lagi. </div><div><br></div><div><div>Udah cukup ada suami, anak-anak dan adek-adek. Sudah bukan circle lagi karena dikit banget, lebih kayak titik ๐</div><div>Karyawan ya tidak bisa dianggap teman, karena mereka itu tim kerja. Jadi tidak bisa dihitung teman. Murni profesional. </div><div><br></div><div>Udah mencoba juga untuk membuka hati berteman. Menyapa duluan teman lama, dan percakapan itu lebih seperti kuis cerdas cermat. Ditanya dan dijawab, tidak ada feedback. So mundur. </div><div><br></div><div>Udah mencoba lagi juga untuk mendengarkan curhat dan memberi solusi. Namun ya itu. Datang ketika ada masalah saja. Solusi dari kita juga tidak dilakukan. Menghabiskan energi dan waktu tapi zonk. So saya mundur. </div><div><br></div><div>Setelah mundur, masih ada undangan untuk kembali. Tapi entah kenapa sulit sekali untuk mau datang lagi. Karena "solusi yang tidak dilakukan itu" lambat laun akan mendatangkan masalah baru, dan saya nggak mau jadi dana darurat atau backup plan atau penampung curhat lagi.</div><div><br></div><div>Kesehatan mental diri sendiri jauh lebih penting dari apapun permasalahan orang lain. </div><div>Karena masalah-masalah di teman itu juga karena pilihan-pilihan mereka ya kan? </div><div><br></div><div>Sungguh tidak adil untuk diri sendiri bertanggung jawab atas pilihan atau perasaan orang lain. We are trying to help at first, but when we are not chosen, so be it. </div><div><br></div><div>Sometimes it is okay jadi orang jahat. Karena di mata orang lain, kita adalah bad guy di cerita seseorang, sama seperti Maleficent atau Cruella. <div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhQaZJwaAQ58JuN6RYlm-M6PJP70OtB8rcTRZ6ibng2lKDv2f3PQG7cn2ODTcWpbiPvP2N8AXTkmIjCgIwKLwCPWHll3xBlijSdZZ5C9kw05AcBL17XUSzGHtB-nfbLXLGBmTUYmzFUuPr5Y3CAGYfQqOPS6PBemhqZZ_murr8Dba83j6r5doBi5Sf-slU">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhQaZJwaAQ58JuN6RYlm-M6PJP70OtB8rcTRZ6ibng2lKDv2f3PQG7cn2ODTcWpbiPvP2N8AXTkmIjCgIwKLwCPWHll3xBlijSdZZ5C9kw05AcBL17XUSzGHtB-nfbLXLGBmTUYmzFUuPr5Y3CAGYfQqOPS6PBemhqZZ_murr8Dba83j6r5doBi5Sf-slU" width="400">
</a>
</div></div><div><br></div><div>Jika kita dianggap teman, maka ia akan datang dan ada disana untuk kita, sulit dan senang, no matter what. </div><div><br></div><div>So let it go~~</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-217905304213098042024-02-29T23:24:00.003+07:002024-03-17T06:52:06.864+07:00The Trauma #3<div><b>*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*</b></div><div><br></div>Sebelumnya di <a href="http://morningraindrops.blogspot.com/2024/02/the-trauma-1.html">Trauma #1</a>, iyak, tiba-tiba melintas kenangan yang buruk.<div><br></div><div>Suatu waktu, ketika (Almh) mama mertua lagi berkunjung kerumah, tanpa rencana, mama juga datang berkunjung. </div><div>Lagi asik ngerjain kerjaan rumah, saya jatuh tertidur. Dan disitulah, ia mulai mengambil kesempatan untuk mengarang cerita ke mertua. Hal ini TENTU SAJA supaya mertua hilang kepercayaan pada saya. Alasannya? Narsistik memang terobsesi menghancurkan orang-orang terdekatnya, supaya tdk ada pegangan, dan ya untung-untung kembali bergantung padanya. Entah kenapa sesaat sebelum itu, saya kebangun, tapi hanya diam mendengarkan, tidak merubah posisi. Pura-pura tidur.</div><div><br></div><div>Seperti biasa, supaya meyakinkan, ia akan bercerita pelan-pelan dongeng-dongeng dustanya dimulai dengan penderitaan ia yatim piatu, membesarkan om saya seorang diri sehingga putus sekolah, lalu meningkat dengan mulai berurai air mata dan selanjutnya terisak-isak bagai ditinggal mati siapa, seolah-olah hatinya begitu tersakiti oleh anaknya yang tega melakukan hal tsb padanya. Betapa menderitanya ia, betapa sakit hatinya. Tidak lupa ditambah act out, memukul-mukul dada. </div><div>Sungguh, kalau ia menyalurkan narsistiknya ini sebagai aktris, pasti sudah lama jadi saingan BCL. </div><div><br></div><div>"Kemarin itu waktu orang ini mau menikah, ambo bilang untuk sabar menunggu. Tapi orang ini berdua nggak sabar"</div><div><br></div><div><br></div><div>>> Padahal faktanya, dua kali pak suami melamar, dua kali ditolak, alasannya ia mau buat pesta besar. Malu kalau dia nggak bisa bikin pesta besar untuk keluarganya. Sedangkan saat itu papa lagi dalam kebangkrutan, mau dapat uang darimana? Di lain waktu dia juga pernah bilang "Apa nggak ada laki-laki lain?"</div><div><br></div><div>Mendengar itu, air mata jatuh begitu saja. Setelah semua perkataan dan cerita bohongnya usai, dengan menangis, saya bertanya pada mertua, "Ama (Ibu) nggak percaya kan cerita mama? Ama percaya kan sama kami?" </div><div><br></div><div>Sebegitu besar rasa ketakutan difitnah ibu sendiri, takut dimusuhi orang lagi, takut orang nggak percaya lagi, sampai harus bertanya seperti itu pada mertua sendiri. </div><div><br></div><div>Alhamdulillahnya, mertua sama sekali nggak percaya kebohongan mama. Rasaya dada legaaaaa sekali ๐ญ๐ญ</div><div><br></div><div>Di saat akan menikah itu, suami cerita semuanya kenapa kami harus melangsungkan pernikahan. Sampai Alm papa kami biayai pesawatnya dari Jakarta - Padang supaya bisa menikahkan, padahal saat itu, sulit sekali biayanya. Mertua yang mendukung semua prosesnya. Dari mengurus surat pindah nikah, konsumsi, makeup dan baju adat, pelaminan, mengundang ibu-ibu pengajian. Mertua bilang lebih baik kami menikah apa adanya. Mertua kasian karena saya dianiaya sedemikian rupa dan harus tinggal sendirian. Kata-kata Ama selalu terngiang "Ibo Ama" dan selalu meneteskan air mata tiap bilang itu. Ya Allah rindunya. Ama, terimakasih karena setidaknya saya pernah merasakan kasih sayang ibu yang semestinya ๐ญ</div><div><br></div><div>Alfatihah untuk Ama โค๏ธ</div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-84418940301970647722024-02-11T18:46:00.002+07:002024-03-17T06:51:48.429+07:00The Trauma #2<div><div><b>*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*</b></div></div><div><br></div>Lanjutan <a href="http://morningraindrops.blogspot.com/2024/02/the-trauma-1.html">Trauma #1</a><div><br></div><div>Yang mana satu ya? Karena terlintas 2 peristiwa. </div><div><br></div><div>#2a</div><div><br></div><div>Ketika masih kecil, antara sebelum sekolah TK sampai SD, seringkali diancam diusir dari rumah. Baju dikumpulkan mama jadi satu, diikat, terus saya ditarik keluar rumah ke depan pintu, baju-baju itu disuruh bawa, dan disuruh pergi</div><div><br></div><div>#2b</div><div>Karena tidak punya tempat mengadu, akhirnya mulai kelas 3 SD mulai punya buku harian. Ketika mama dan Papa bertengkar, pasti nulis buku harian. Biasanya curhat betapa kasiannya papa. Suatu hari, buku ini kedapatan sama mama waktu ia membersihkan tempat tidur. Bukannya kasian ya baca curhatan anaknya, tentu saja, digebukin sampai nangis meraung-raung. Sejak saat itu tetap nulis buku harian, tapi betul-betul disembunyikan.</div><div>Menulis ini sampai dewasa, dan ketika bertemu pak suami, udah merasa hepi tidak merasa perlu lagi nulis buku harian, karena pak suami mau mendengarkan. Buku-buku harian ini tetap dibawa ketika lari dari rumah. </div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-49215970163032166512024-02-02T09:51:00.001+07:002024-03-17T06:51:28.246+07:00The Trauma #1<div><b>*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*</b></div><div><br></div>Banyak trauma yang diblocking oleh otak sendiri, tapi rasa benci dan dendamnya masih kebawa sampai sekarang. Beberapa orang akan bilang, <div>"Bagaimanapun itu mama sendiri"<div>"Harus bisa memaafkan orang tua sendiri"</div></div><div>"Dia udah tua, kita harus maafkan"</div><div><br></div><div>Bagaimana mungkin mereka paham sakitnya karena tidak mengalami. Derita fisik dan mental berulang-ulang tiap hari. Mana mereka paham. Ya kan?</div><div><br></div><div>So there we go. </div><div>Apapun trigger, yang muncul tiba-tiba akan dituliskan disini. Supaya anak-anak kelak mengerti apa yang telah Bundanya alami. Bahwa betapa beratnya memutus tali kekerasan yang terjadi pada anak-anaknya ketika Bundanya muda dianiaya. </div><div><br></div><div>The Trauma #1</div><div>Setiap marah, mama akan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam pipi saya, menariknya lebar-lebar hingga bibir terasa mau koyak. Dia tidak pernah mau berhenti seteriak atau semenangis apapun saya. Wajahnya begitu beringas, tanpa ada sedikitpun sekelebat kasih sayang sedikit aja di matanya. Ia tidak punya rasa kasian sama sekali. Ia berhenti jika sudah melampiaskan amarahnya pada tarikan jarinya pada dalam mulut saya sekencang-kencangnya. Ia melakukan ini tiap marah. Dan ia marah setiap hari pada saya. </div><div><br></div><div>Try to feel that.</div><div>Masukkan kedua telunjukmu di pipimu lalu tarik keras-keras, selama 3 menit. Feel that pain. </div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-48431561449913970362023-03-12T00:47:00.001+07:002023-03-12T10:52:31.380+07:00Bullshit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdvXWoYjfcNmjpj09Be8Vo59yFABbI8RYL6gRGyffjyHxUWAz8BpaUs1-VIJqnjiyRnrXTBu86Vm3T_ZaWGm04W1WRCCH6ttscs6QPyuRESKqpXQyYqbE8sj6Yh3oOz4rz43k99qseGro/s1600/1678556842603431-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdvXWoYjfcNmjpj09Be8Vo59yFABbI8RYL6gRGyffjyHxUWAz8BpaUs1-VIJqnjiyRnrXTBu86Vm3T_ZaWGm04W1WRCCH6ttscs6QPyuRESKqpXQyYqbE8sj6Yh3oOz4rz43k99qseGro/s1600/1678556842603431-0.png" width="400">
</a>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0b0MgiHuO9lo85TwbxJdkLit2ldH_ZX8o1YhUYT2byzUXKb920YeE7QQGGdvZz03I_gqpqIRpBdO2JWjxRDKe1UYUEhlhDwWzXyMXA8k82TIYSh-SMNisvUDJMTTZLXAIZQNt1KwaXEA/s1600/1678556839673538-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0b0MgiHuO9lo85TwbxJdkLit2ldH_ZX8o1YhUYT2byzUXKb920YeE7QQGGdvZz03I_gqpqIRpBdO2JWjxRDKe1UYUEhlhDwWzXyMXA8k82TIYSh-SMNisvUDJMTTZLXAIZQNt1KwaXEA/s1600/1678556839673538-1.png" width="400">
</a>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioqTIZXDCFB-nuUHVXrmBI3dNEmhwKL5IiBylyBmDOgTh4-ctj6z5D6AEOkvKV9ob4b66sxHCLxsPcPp9ja1EDrN3NEQLTptDbKOmc_D2lbrds_B00kDEtkKnQ9YAXskVjL0UJg8GOAUQ/s1600/1678556836498860-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioqTIZXDCFB-nuUHVXrmBI3dNEmhwKL5IiBylyBmDOgTh4-ctj6z5D6AEOkvKV9ob4b66sxHCLxsPcPp9ja1EDrN3NEQLTptDbKOmc_D2lbrds_B00kDEtkKnQ9YAXskVjL0UJg8GOAUQ/s1600/1678556836498860-2.png" width="400"></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioqTIZXDCFB-nuUHVXrmBI3dNEmhwKL5IiBylyBmDOgTh4-ctj6z5D6AEOkvKV9ob4b66sxHCLxsPcPp9ja1EDrN3NEQLTptDbKOmc_D2lbrds_B00kDEtkKnQ9YAXskVjL0UJg8GOAUQ/s1600/1678556836498860-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
</a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiHXvhVLtPy2NpitVXOdRtamBvJFZ9_UjACNJk1DQq41vm9e6sAEJHlH1sRg-CrAWw-AtKTmaP8V3RsbG3fbboKP5frk4E9tlSBlElmtyhJmgRUXN2EUgUS7En5U0XN5qvkYCH5ThoSrg/s1600/1678557470288112-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiHXvhVLtPy2NpitVXOdRtamBvJFZ9_UjACNJk1DQq41vm9e6sAEJHlH1sRg-CrAWw-AtKTmaP8V3RsbG3fbboKP5frk4E9tlSBlElmtyhJmgRUXN2EUgUS7En5U0XN5qvkYCH5ThoSrg/s1600/1678557470288112-0.png" width="400">
</a>
</div>
</div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-23828692052969593512023-02-23T14:15:00.001+07:002023-02-23T14:15:49.058+07:00Terbalaskan<div><div class="separator"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhor1hja89aEcf-C0Qz6GCVRtdJ5hN6077-Z9iBaXZA56Pmwgnk2z-UyNqXbBEHRBdV5Pb3Zp2chd255HI4Y_tcxmBbMRFsvtThUaV_OqLrkKcKKOMCrQl6WVXgywtplcOvBNouS77GfBX3/s1600/1677136459001353-0.png" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhor1hja89aEcf-C0Qz6GCVRtdJ5hN6077-Z9iBaXZA56Pmwgnk2z-UyNqXbBEHRBdV5Pb3Zp2chd255HI4Y_tcxmBbMRFsvtThUaV_OqLrkKcKKOMCrQl6WVXgywtplcOvBNouS77GfBX3/s1600/1677136459001353-0.png" width="400"></a></div></div><div><br>Momen itu Nak.</div><div><br></div><div>Momen ketika Bunda mengantarmu di depan gerbang sekolah. Dirimu turun dari motor dan menuju kelas. Bunda beranjak maju meninggalkan sekolah perlahan dan melihat punggungmu. Lalu engkau memalingkan wajah ke belakang melihatku. Bunda tersenyum, engkau pun tersenyum. Engkau maju lagi perlahan, Bunda pun maju perlahan. Engkau, sekali lagi, memalingkan wajahmu melihat ke belakang, melihatku. Bunda tersenyum. Lalu engkau pun tersenyum lagi. Bunda selalu disini Nak. Di belakangmu. Mendukungmu.</div><div><br></div><div>Tiada lagi dendam di hatiku Nak. Tiada lagi benci. Cukuplah cintamu saja. Cinta kalian berdua, anak-anakku. Dendamku sudah terbalaskan. Dendam masa kecilku yang tiada dikasihi dan disayangi, terbalaskan. Terbayarkan dengan hanya momen itu. </div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-60108369613893507632022-12-31T16:30:00.001+07:002022-12-31T19:15:35.155+07:00Recap 2022Tahun 2022 sudah melewati apa aja?<div><br></div><div>Tahun ini mulai menjalankan workshop dipisahkan dari rumah sejak Nov 2021 dan merubah pola hidup kami berdua. Jadi full berkarir di luar rumah dan suami jadi bapak rumah tangga. Perlu banyak toleransi dan saling kompromi dan banyak rasa cinta untuk bisa melaluinya. </div><div><br></div><div>Tahun ini juga si nak sulung melepas masa SD dan mulai SMP. Ia begitu berjuang melepas zona nyaman yang santai dengan banyak hafalan dan tugas. Perlu banyak pelukan dan kecupan dari ibunya untuk merasa lebih baik.</div><div>Ia juga harus menjalani perawatan gigi cukup sering tahun ini.</div><div><br></div><div>Tahun ini suami juga harus berada di Bukittinggi untuk merawat mertua yang jatuh sakit selama 3 minggu. Dan tak lama, mertua pergi meninggalkan kami selamanya. Kesempatan terakhir untuk suami berbakti dan mendukungnya untuk melakukan itu adalah rasa syukur kami yang sangat dalam.</div><div><br></div><div>Tahun ini nggak nyangka dapet murid pertama private class. Sangat sangat tidak pede tapi suami kasih semangat "Udah berapa cake bunda bikin masih nggak pede juga?" </div><div><br></div><div>Tahun ini juga bisa rekrut tim yang solid di penghujung tahun dengan jalan yang tidak mudah, menguras mental dan energi tapi di akhirnya bisa mengecap manisnya perjuangan.</div><div><br></div><div>Tahun ini reuni dengan Suk Kong (atuk) anak-anak. Suk Kong ini adalah adik satu-satunya alm papa dan bertemu dengannya membuat terharu karena seperti bertemu dengan sebagian dari sedikit diri papa yang masih hidup. </div><div><br></div><div>Tahun ini juga berpisah dari adik karena bertugas ke Jakarta, namun tidak lama karena di penghujung tahun ia bisa kembali ke Pekanbaru. </div><div><br></div><div>Tahun ini juga tanpa diduga masuk RS karena luka konyol dan aduhai ๐</div><div><br></div><div>Tahun ini, aku lebih mencintai diriku dan lebih banyak waktu untuk melakukan yang dimau. </div><div>Semoga tahun depan, impian, cita-cita dan tujuan kita bisa tergapai โค๏ธ</div><div><br></div><div><br><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUYA3dUTZyLW97ZJVl6MOYJD35fMnvIY4lskmnVtMV0wWGtFnL_EWLp7eMF84IISRsMerTgGRc4cD-UnYuYUaaljC4PjexpRrfbQFfaVloHW_E9NtLDLpAsYAw53Wg2-o5MOUGfx6-TG4/s1600/1672478999775852-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUYA3dUTZyLW97ZJVl6MOYJD35fMnvIY4lskmnVtMV0wWGtFnL_EWLp7eMF84IISRsMerTgGRc4cD-UnYuYUaaljC4PjexpRrfbQFfaVloHW_E9NtLDLpAsYAw53Wg2-o5MOUGfx6-TG4/s1600/1672478999775852-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-18664052291562812662022-12-27T00:02:00.000+07:002022-12-27T00:02:58.259+07:00Berakhir di RSSetelah magrib, hujan lebat melanda seluruh Pekanbaru bukan main lebatnya, hingga air mulai naik di pekarangan rumah, hingga tingginya mendekati 2/3 tinggi tanggul pintu rumah. Rumah kami yang lebih rendah dari jalan memang mudah sekali kebanjiran dibandingkan rumah lain di perumahan kami ini karena dibangun sebagai rumah contoh di tahun-tahun 2008an. Di belakang rumah, talang air dari atap yang terhubung ke kamar mandi juga tidak sanggup menahan derasnya volume air hingga kepenuhan dan mulai membanjiri kamar mandi. Suami terjebak hujan entah dimana dan belum juga pulang. Aku mulai panik.<div><br></div><div>Satu persatu barang-barang mulai dinaikkan. Aku dan 2 anak bujang kami cepat-cepat menaikkan barang. Air makin tinggi di depan. Air makin deras keluar dari talang air di belakang. Sewaktu mengecek di belakang, ternyata saluran air kamar mandi tersumbat oleh sampah sachet shampo dan entah apa lagi. Kuraih dan kubersihkan, tapi volume air dari talang yang tumpah dengan deras sepertinya sungguh tidak bisa lagi tertahan hingga mulai membanjiri kamar mandi. Satu-satunya jalan adalah membuka tutup saluran air pembuangan kamar mandi. Kucoba tarik dengan menggunakan lidi. Tidak bisa. Tambah lidi,tetap tidak bisa. Air terlalu banyak mengalir sehingga tutupnya tertahan kuat.</div><div>Waktu kian terbatas. Semakin lama air akan terus naik dengan cepat. Aku panik.</div><div><br></div><div>Kuraih tutup saluran air itu dengan jari tangan dan kutarik kuat. Terbuka! Air bergerak bebas dan mulai surut dari kamar mandi. Tapi... Nyut. </div><div>Ngilu mulai terasa di jari. Shit. </div><div>Tutup itu tidak bisa ditarik dari jariku. Aku baru sadar, tutup itu setajam penegak besi tipis pada obat nyamuk hijau yang melingkar.</div><div>Ya Tuhan! Saking paniknya aku lupa betul bahwa tutup ini setajam silet! </div><div>Darah mulai mengucur dari jariku, tapi tutup ini sama sekali tidak memberi ampun.</div><div>Jariku terjepit! Rasa ngilu tadi berubah jadi rasa sakit yang nyata. Aku betul-betul panik.</div><div>Setengah berteriak pada anak bungsuku, Boo si kelas 3 SD, untuk mengambil kapas dan menjelaskan situasinya. "Tangan Bunda luka, Nak, tolong ambilkan kapas yang banyak!" Alam bawah sadarku mulai mengambil alih. Aku harus jaga ketenanganku supaya anak-anak tidak histeris. Kapas kutekan ke bagian luka, dan aku periksa apakah ada yang bisa kulakukan agar tutup ini bisa kukeluarkan dari jariku. Otakku sangat kewalahan. Satu sisi aku harus memikirkan kasur yang belum dinaikkan karena air di depan rumah mulai mendekati batas tanggul rumah. Sisi yang lain aku harus lakukan apa supaya jariku ini bisa lepas. </div><div>"Kasur harus kita naikkan, Nak. Tapi Bunda nggak bisa angkat. Boo dan Bee bisa angkatnya? Kerjasama ya.Kita harus cepat, air makin naik!" kataku dengan suara bergetar, setengah menangis dan wajah yang menahan sakit.</div><div>Kubantu arahkan apa yang harus dilakukan pada mereka berdua. Dan mereka dengan cepat melakukannya. Kubantu aba-aba menghitung satu sampai tiga. Dua kasur kami berhasil diangkat! Selesai! </div><div><br></div><div>Sekarang yang dipikirkan, bagaimana caranya agar aku bisa mendapat pertolongan. Beruntung suamiku berhambur pulang dengan keadaan basah kuyup. Bahuku yang terlalu tegang agak sedikit lega melihat kehadirannya. Dia lebih panik lagi. Matanya begitu shock. Saking paniknya hampir saja ia menarik tutup air sialan itu tanpa ba bi bu. Setengah berteriak, "Jangan ditarik, nanti jari Bunda putus! Ayah sedang panik, bernafas dulu. Tenang! Hembuskan nafas pelan-pelan... " </div><div>Ia melakukannya. </div><div>"Kita minta tolong abang sebelah ya!" katanya. </div><div>"Pakai jilbab tangan Bunda!" (Jilbab tangan = jilbab instan yang sekalian memiliki lengan, berfungsi untuk menutup tangan ketika hanya memakai baju lengan pendek) </div><div>Lalu sekitar 2-3 orang bapak-bapak tetangga datang dalam keadaan bermantel dan berhujan-hujanan. Membawa tang besi. Ketika tang itu mulai dicoba untuk membuka tutup yang menjepit jari ini, sakit lagi karena digoyang-goyang. Aku tahu ini tidak bisa dilakukan. "Harus ke rumah sakit ini bang," kataku pasrah. Kapas yang sedari tadi kutekan mulai memadat karena darah. Masih ngilu bukan main. Kuminta tolong Boo mengambil kapas lagi. </div><div>Lalu tetangga kami bergegas mengambil mobilnya. </div><div>Aku mengarahkan anak-anak. "Kalian pakai baju (karena masih pakai singlet) lalu pakai jaket, Bunda harus kerumah sakit. Ikut Bunda. Uda (panggilan untuk suamiku), masukkan motor, ambil HP Bunda dan masukkan ke tas, bawa tas Bunda."</div><div><br></div><div>Mentalku yang sudah sangat melorot hingga dengkul, memaksa tubuhku naik ke mobil bersama anak2 dan suami. Pasrah. Hujan tidak berkurang intensitasnya, masih deras seperti pertama kali turun. Kutinggalkan rumah dan kupasrahkan ia banjir jika memang harus banjir. Bajuku setengah basah, dan aku tidak memakai sendal. Di saat itu aku teringat pahala terakhir apa yang sudah kukerjakan. </div><div><br></div><div>Mobil menerjang air yang kian tinggi di jalan utama. Bunyi gemeresik air yang bertabrakan dengan bodi mobil membuat hatiku makin menciut kerdil diiringi rasa ngilu kian menjadi dari jariku. Tangan kiriku yang satu lagi kebas karena menahan kapas yang memerah.</div><div>Hari ini betul-betul gila. </div><div><br></div><div>Sesampainya di balai pengobatan dekat rumah, memanggil-manggil penghuninya disana cukup lama hingga bajuku basah kuyup oleh hujan yang berubah-rubah arah oleh angin. Ia tidak berani mengobati jariku karena tidak ada peralatan yang memadai. Lalu suami dan tetangga memutuskan ke RS terdekat, sambil mengira-ngira rute mana yang bisa dilalui dan tidak banjir.</div><div>Mobil pun dikebut. Akuuu ingin sekali beristirahat. Terlalu ngilu. </div><div><br></div><div>Sesampainya di RS, kami segera turun. Anak-anak menunggu di mobil. Dibaringkan di tempat tidur IGD, aku mulai memikirkan biaya rumah sakit, ketika seorang perawat bertanya pada suamiku, "Bapak ada BPJS?" Bebanku terangkat setengah. Aku seorang ibu disiplin yang membayar BPJS tiap bulan tepat waktu tanpa denda, yang dulu pertama kali bersitegang pada suami untuk punya BPJS setelah si bungsu pernah dijahit 2 kali di kepala dan harus membayar nominal yang lumayan. Kali ini BPJS itu bukan saja menolong anaknya yang panas tinggi di tengah malam buta berangkat dengan motor ke RS disaat suaminya keluar kota, kali ini giliran si ibu yang cerewet yang sok bersikap tenang disaat kulit jarinya bisa terkoyak saat itu juga. Tuhan memang tidak tidur. </div><div><br></div><div>Perawat bergantian datang memberi suntikan apapun itu. Aku pura-pura tidak mendengar ketika seorang perawat lelaki berkata pada sejawatnya, "Hati-hati ya pasang infusnya, ibu ini pembuluh darahnya mudah sekali pecah." </div><div>Ingin sekali kusentil amandelnya.</div><div><br></div><div>Menunggu lamaaaa sekali dan suamiku lamaaa sekali kelihatan lagi, akhirnya aku dibawa dengan kursi roda ke meja operasi. Tubuhku gemetar. Darah di jariku mulai berhenti. Sedikit kulitku yang terkoyak membuatku bergidik ngeri. Tutup air sialan. </div><div><br></div><div>Aku menunggu lamaaaa sekali di depan kamar operasi. Suara tangisan bayi baru lahir menyambutku. Ia dipanaskan dengan lampu panggung kecil berwarna kuning sebagai penghangat. Otakku pandai sekali mengalihkan rasa sakit. Ia membawaku ke dalam memori kelahiran dua bayiku. Yang satu membuatku muntah kuning dan bergetar hebat lalu melihat ia menangis di balik kain hijau operasi. Yang satu lagi datang dibawa perawat setelah aku sadar dari bius dan langsung bisa menyusu dariku. Lamunanku tersentak ketika ayah si bayi masuk dan mulai video call keluarganya. "Selamat ya sudah jadi bapak" kataku dalam hati. </div><div>Aku kembali ke realita ketika perawat menyuruhku ganti baju operasi. Tubuhku lunglai minta diselamatkan. </div><div><br></div><div>Kursi roda didorong menuju meja operasi. Lampu besar-besar dan layar monitor detak jantung. Suasana yang seharusnya familiar bagiku. Tapi berapa kalipun seringnya, meja operasi tidak pernah menenangkan. Terlebih ketika dokter berkata, "Ibu, mulai berdoa ya supaya operasinya lancar" </div><div><br></div><div>"Dooook" ๐ญ</div><div><br></div><div>Dokter mulai bekerja, obat bius disuntikkan lalu rasa nyeri menjalar hebat ditangan kiriku. Hitam dan gelap. </div><div><br></div><div>. </div><div>. </div><div>. </div><div><br></div><div><br></div><div>"Dok" itu kata pertama yang bisa kuucapkan ketika bius mulai hilang. Setelah itu muncul rasa nyeri kuat di jariku dan aku menyeru. "Sudah, ini udah selesai" dokter di sebelah kananku menenangkan. </div><div><br></div><div>Deru roda tempat tidur membawaku ke kamar asing dengan mata yang belum bisa kubuka sepenuhnya. Pembicaraan antar perawat sayup-sayup kudengar. </div><div><br></div><div>Jam 1 malam. Lambat laun sadar dari pengaruh bius dan sakitnya tidak seperih tadi, nyaris hilang tapi berdenyut-denyut. Infus masih terpasang dan tubuhku lelah. Aku ingin tidur tapi tidak bisa, suara pelan youtube dan ngobrol riuh rendah sesama penghuni kamar, tetap berisik bagiku. </div><div>Aku hanya ingin suamiku. Suamiku tadi kupaksa pulang, bawa anak-anak istirahat dirumah. Padahal diri sendiri juga butuh. </div><div>Aku ingin anak-anak malam ini di tempat tidur yang nyaman, setelah hari berat yang mereka lalui. </div><div>Kadang hati ibu lebih mencemaskan perasaan anak-anaknya di saat ia juga cedera. <br></div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIFgSjs8D6yT0iqhbFA5hZcj8uFAo96nH5pcu8zOHVd1KGRvhdMWLuMPxysivA51fRXKmpZGvfIJxiDYRpsB0MdiolChDWzVAdmR0xdX89B-DgWYWDexHExrQxSmZcI3EZk1kvKJODLnA/s1600/1672074010907920-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIFgSjs8D6yT0iqhbFA5hZcj8uFAo96nH5pcu8zOHVd1KGRvhdMWLuMPxysivA51fRXKmpZGvfIJxiDYRpsB0MdiolChDWzVAdmR0xdX89B-DgWYWDexHExrQxSmZcI3EZk1kvKJODLnA/s1600/1672074010907920-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZtLtE_SIv5a0wJsLYUittC7NOHcEKTiNiqrUKM5zeLlXZ096kaf2u4OfZ8GBOS5RL2btMB5wC5xCkwEYJs2Re7hFIz3_wRPotcu2NIgZf7iwD5PrQnJZsbLnI0MQedoLfzArxtPfHDbc/s1600/1672074007811395-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZtLtE_SIv5a0wJsLYUittC7NOHcEKTiNiqrUKM5zeLlXZ096kaf2u4OfZ8GBOS5RL2btMB5wC5xCkwEYJs2Re7hFIz3_wRPotcu2NIgZf7iwD5PrQnJZsbLnI0MQedoLfzArxtPfHDbc/s1600/1672074007811395-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Paginya suamiku datang. Aku sudah sarapan. Satu-satunya yang aku suka dari Rumah Sakit hanyalah makanannya.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidBp8WAinEkqktvOiYWvHsZJz7UQTAk0Eu1Xsr-DiJHOsqRlqOqSTGM8n9A0iJUurtENkBmDIF4n2gDpihR01bQrCLZf3tcmIlP15yILZbW7o3vZ7gKRoQricklmhb7fN6gU1eVOy7flU/s1600/1672074004825174-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidBp8WAinEkqktvOiYWvHsZJz7UQTAk0Eu1Xsr-DiJHOsqRlqOqSTGM8n9A0iJUurtENkBmDIF4n2gDpihR01bQrCLZf3tcmIlP15yILZbW7o3vZ7gKRoQricklmhb7fN6gU1eVOy7flU/s1600/1672074004825174-2.png" width="400">
</a>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLtZoczatx5VeTO4U9Zir923Ldlapb1vUutggwnfDzSyg3NNjtWyqYPkEBEuqEoPHa3iqx-__ogNXmQnsep3X3IF7YExt4DmCuRwwWGDpd08E8InejiCaeOAwHXv2axkZ4vB1FxLyHp8w/s1600/1672074001934791-3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLtZoczatx5VeTO4U9Zir923Ldlapb1vUutggwnfDzSyg3NNjtWyqYPkEBEuqEoPHa3iqx-__ogNXmQnsep3X3IF7YExt4DmCuRwwWGDpd08E8InejiCaeOAwHXv2axkZ4vB1FxLyHp8w/s1600/1672074001934791-3.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwDj8gHCmNr-A0Rk6CVzVL_ZJdWaZJNW-It_N-mO-_XGfhB3hDSVBL5LKPQV2-dihY36ReY-ar0pq3Z1stwcM2lIXPRctCYTNLdHrGfITFeeb_JOjikUHo_3_bahL2b4z8JNe07gpz8dg/s1600/1672073997915141-4.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwDj8gHCmNr-A0Rk6CVzVL_ZJdWaZJNW-It_N-mO-_XGfhB3hDSVBL5LKPQV2-dihY36ReY-ar0pq3Z1stwcM2lIXPRctCYTNLdHrGfITFeeb_JOjikUHo_3_bahL2b4z8JNe07gpz8dg/s1600/1672073997915141-4.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Siangnya masih berkoordinasi dengan admin untuk chat pelanggan. Seharian tidak mengerjakan apa-apa seperti ini boleh juga. Mungkin memang seharusnya aku istirahat. </div><div>Kuhabiskan dengan tidur, tidur dan tidur.</div><div><br></div><div>Lusa, aku sudah bisa pulang. Lukaku tidak nyeri lagi. Dibekali obat-obatan aku pulang, lega menggandeng suami. </div><div><br></div><div>Sesampainya dirumah, Boo bertanya, "Tutup air kamar mandinya mana Bunda? Nggak tertutup lubang kamar mandi kita." </div><div>Tutup air sialan. </div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-58354111544895565832022-10-19T23:51:00.001+07:002022-10-19T23:51:11.555+07:00Bed TalkMenjelang tidur, biasanya saya akan menemani anak-anak sebentar sampai mereka tertidur. Sebelum itu akan ada percakapan-percakapan random.<div>Namun percakapan hari ini cukup menggelitik hati saya, yang perlu saya tuliskan agar anak-anak di kala dewasa bisa membacanya.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRW09Gulb1IJ7EdFdPJB7h-kMsvwL7NFKJXuQCYwc2_rTPKITDVOPsU_D5PAsD0q335yawgBdJ2db_zHtG8vE1r7QF49Y8mE881_436bbo8Cy7PBG6dspnakwFQ4KYqdhcVhaTStTVWJM/s1600/1666198265721387-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRW09Gulb1IJ7EdFdPJB7h-kMsvwL7NFKJXuQCYwc2_rTPKITDVOPsU_D5PAsD0q335yawgBdJ2db_zHtG8vE1r7QF49Y8mE881_436bbo8Cy7PBG6dspnakwFQ4KYqdhcVhaTStTVWJM/s1600/1666198265721387-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><b>Bed Talk dengan Si Abang Bee (kelas 1 SMP) </b></div><div><br></div><div>+ Hari Jumat nanti ada Market Day, Bang?</div><div>- Belum tahu.</div><div>+ Nanti kalau Abang tugas lagi, jangan bilang nggak sempat ya. Bunda bisa kok buatin.</div><div>- Brownies bisa?</div><div>+ Bisa. Bunda tinggal suruh asisten untuk bikinkan.</div><div>- Mau dijual berapa, Bun? Dua ribu?</div><div>+ Mmmm.. Kalau brownies lumayan juga modalnya. Mie goreng aja gimana? Gampang. Mie, daun bawang, bumbu nasi goreng sama telur. Dijual lima ribu?</div><div>- Nggak bisa dua ribu? Kita pakai bungkus yang kecil?</div><div>+ Bisaaaa. Aman itu bisaaaa. </div><div>((Lanjut ke random talk berikutnya)) </div><div>- Bunda hafal nama Presiden kita?</div><div>+ Hafal dong. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi</div><div>- Presiden berapa tahun menjabat? Sepuluh tahun?</div><div>+ Satu periode 5 tahun. Maksimal 2 periode. Kecuali Soeharto, menjabat Presiden 32 tahun, karena peraturan maksimal 2 periode itu belum ada.</div><div>- Kok bisa 32 tahun, Bun?</div><div>+ Iya gitu. Makanya Bunda suka sejarah. Banyak cerita misteri di baliknya. Orang-orang jaman dulu perjuangannya hebat banget. Jaman kita sekarang semua serba ada. Kebayang nggak Abang, kita dijajah Belanda sudah lama, makan susah, yang boleh sekolah hanya anak-anak Belanda, orang Indonesia hanya sedikit yang bisa sekolah. Tapi Soekarno bisa 5 bahasa, Haji Agus Salim bisa 8 bahasa. Bahkan ada beberapa yang punya gelar doktor, kuliah keluar negeri. Sedangkan di tahun 1965 aja orang Indonesia yang bisa tamat SD aja udah hebat. Tapi bapak-bapak itu di tahun menjelang 1945 itu bisa doktor bahkan haji. Dulu pergi haji mesti jalan kaki (harusnya naik kapal) dan naik kuda dari Indonesia ke Arab. Bisa Abang bayangkan perjuangannya? Makanya Bunda ngerasa sejarah itu luar biasa. Bunda selalu pengen tahu perjuangan orang-orang hebat di masa lalu.</div><div>((Ini kebawa suasana semangat, nyerocos soal sejarah, plus wajah si Abang juga berbinar, makin semangat ceritanya))</div><div><br></div><div><b>Bed Talk dengan si Adek Boo (kelas 3 SD) </b></div><div><br></div><div>+ Kenapa sih kalau Bunda antar sekolah bilang "I love you", adek nggak jawab "I love you too"? Adek malu? </div><div>- Nggak. Adek buru-buru takut telat. Ada kok bilang "I love you too" </div><div>+ Tapi kan Bunda nggak dengar. Masak bilang "I love you too" bisa bikin telat. Coba ucapkan? Cuma 2 detik aja nggak sampe. </div><div>+ Kalau besok Bunda nggak dengar "I love you too" pas adek salam Bunda, Bunda tahan tangan adek kayak gini.</div><div>- Adek lepaskan kayak gini. </div><div>((Lalu kami icak-icak memperagakan jurus-jurus kungfu melepaskan tangan, udah puas, pelukan lagi))</div><div>- Kan cuma "i love you too" aja Bunda, nggak penting. Yang penting itu barang. <br></div><div>- Barang itu nggak penting buat Bunda. Buat Bunda yang penting CINTA ADEK.</div><div>((Si Boo senyum lebar sekali lalu ketawa terbahak-bahak))</div><div>- Bundaaaa, perut adek geliiiiiiii</div><div>((Bunda ikutan ketawa terbahak-bahak)) </div><div>- Kalau rumah, makanan, kucing dll itu penting.</div><div>+ Tapi percuma punya rumah, makanan, kucing kalau nggak ada ADEK. </div><div>((Ketawa geli lagi sampai capek ketawa, lalu pelukan lagi))</div><div>+ I love you</div><div>- I love you too</div><div>((Bunda ketawa geli))</div><div>((Si adek ikut ketawa geli))</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTOyn1dlDpV7s-ghPrYs41fMVekcfhpDEnEauT4U1ziTMZLTttzJF-eNsS-xlhdXVKPdefkTyQbGrB__lORjIiEmigDwZgHqcbY-7xDOcCTnHPYDVLZalxqsBOGfiJ5ElQQjIvjTOdbrc/s1600/1666198262495572-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTOyn1dlDpV7s-ghPrYs41fMVekcfhpDEnEauT4U1ziTMZLTttzJF-eNsS-xlhdXVKPdefkTyQbGrB__lORjIiEmigDwZgHqcbY-7xDOcCTnHPYDVLZalxqsBOGfiJ5ElQQjIvjTOdbrc/s1600/1666198262495572-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Lalu mereka berdua tertidur.<br></div><div>Sehari lagi menemani mereka tumbuh. Besarlah dengan baik dan hiduplah penuh berkah, anak-anakku. </div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-22648069399159832782022-06-21T10:59:00.001+07:002022-06-21T17:47:44.166+07:00Si Kakak Baby Sitter<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVSlOlfpf6kJaPQveaiaJG4oKgkImgBHTf5spyEM_ta3VUqRWl_8NXYg_ID5s1BJcGpCkTCkfoNSpp6CVVo1Sb8eazDs5bzCMlY09V1mLBTdu9Vmk-TZkxys1VnCRcIv9B-TB6AMrbRvQ/s1600/1655783977647227-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVSlOlfpf6kJaPQveaiaJG4oKgkImgBHTf5spyEM_ta3VUqRWl_8NXYg_ID5s1BJcGpCkTCkfoNSpp6CVVo1Sb8eazDs5bzCMlY09V1mLBTdu9Vmk-TZkxys1VnCRcIv9B-TB6AMrbRvQ/s1600/1655783977647227-0.png" width="400">
</a>
</div><div><b>*Kisah ini merupakan kisah penyintas kekerasan pada anak oleh ibu narsistik, perlu kebijaksanaan dalam membacanya.*</b></div><div><br></div>Setelah menikah, <i>resign </i>setelah si bocah sulung berumur setahun, menjalani pekerjaan rumah tangga sangat tidak menyenangkan buatku. <div>Selalu ada perasaan tidak bahagia membereskan rumah, menyapu, mengepel, mencuci baju manual, menyetrika, bertolak belakang dengan apa-apa ibu-ibu lain pada umumnya yang pernah dilihat, dimana mereka begitu tekun, teliti dan detail. Bahkan kalau ke rumah tetangga, iri banget karena rumah mereka bersih sekali. Berbeda denganku yang tidak telaten, membersihkan seadanya.</div><div><br></div><div>Aku tidak pernah paham perasaan ini sampai pada akhirnya baru-baru menonton serial "Kotaro Lives Alone" di Netflix. Menceritakan anak lima tahun yang tinggal sendiri akibat kekerasan dan pengabaian orang tua.</div><div>Tiba-tiba semuanya flashback.</div><div><br></div><div>Waktu berumur tiga belas tahun, adik bungsuku lahir. Aku masih duduk di bangku SMP. Lalu mulai beranjak SMA, semuanya dimulai. Aku harus bangun jam 5 pagi setiap hari, menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju 4 anggota keluarga dengan tangan, yang padahal waktu itu sudah ada mesin cuci tapi ibu bersikeras semua cucian harus dicuci tangan, mesin cuci hanya untuk mengeringkan. Lalu lanjut menjemur baju.</div><div>Siap-siap dan pergi ke sekolah.</div><div>Pulang sekolah harus tepat waktu, memberi makan si adik yang masih balita, memandikannya jika belum mandi, dan ketika ia sudah mulai sekolah, tugasku yang membimbingnya belajar, membuat PR dan membantu mengerjakan tugas sekolahnya. Ia si adik, hampir selalu diabaikan oleh Ibu, yang memakai alasan bekerja dan sibuk di lantai bawah. Rumah kami ruko tiga lantai (yang dengan ekonomi itu, seharusnya ibu bisa menyewa ART). Hari Minggu, hampir sepanjang hari menyetrika baju yang segunung. Nggak ada waktu bisa bersenang-senang dengan teman-teman SMA yang bisa berpetualang kesana kemari. Jadi jangan tanya berapa teman yang dekat waktu itu.</div><div><br></div><div>Bukankah aku bisa tidak perlu mengerjakannya?</div><div>Maka akan keluar kata-kata dari Ibu</div><div>"Anak tidak tahu diri!"</div><div>"Bisanya hanya minta uang saja!"</div><div>"Mama sudah banyak berkorban untuk kamu!"</div><div>"Nggak ada yang peduli Mama!"</div><div>tentu saja diringi dengan teriakan, makian dan pukulan.</div><div><br></div><div>Hal-hal itu, yang sudah terlupakan lama, ternyata meninggalkan bekas pada mental dan jiwa.</div><div><br></div><div>Aku bahagia menjadi seorang kakak tapi tidak senang diberi beban kewajiban menjadi orang tua, yang mana ibunya masih ada.<br></div><div><br></div><div>Bertahun setelahnya, ketika akhirnya memiliki anak pertama, dengan sadar bahwa ketika aku dan suami menikah dan MEMILIH untuk memiliki anak, maka akan ada tanggung jawab yang mengikuti sesudahnya. Orang tua TIDAK berkorban untuk anak. Anak TIDAK MEMINTA pengorbanan orang tua.</div><div>Ketika punya anak kedua, aku berjanji pada diri sendiri bahwa anak sulungku tidak perlu menjadi baby sitter adiknya. Adiknya adalah tanggung jawab penuhku dan suami sebagai orang tua. Anak sulungku jangan sampai terhimpit beban yang sama denganku. Aku ingin ia menikmati tiap waktu bertumbuh jiwanya dengan semestinya.</div><div><br></div><div>Lalu aku yang sekarang?</div><div>Aku masih tidak suka pekerjaan rumah tangga selain memasak. Syukur, suami tidak menuntut apa-apa. Baginya, aku bisa mengerjakan apa-apa yang membuatku bahagia dan tidak mengerjakan apa-apa yang membuatku tidak bahagia.</div><div>Sesekali ketika rumah sangat berantakan dan aku tidak sanggup membereskannya, kami bisa menyewa jasa pembersih rumah.</div><div>Anak-anak tetap diajarkan cara membereskan rumah, sebagai basic life skill, dan kami kedua orang tua bersama-sama membagi tanggung jawab membersihkan rumah sebagai tim.</div><div><br></div><div>Lingkaran setan bahwa "anak harusnya juga berkorban demi orang tua karena orang tua sudah berkorban untuk mereka" cukup sampai di aku saja. </div><div><br></div><div><br></div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-87640099837626024162022-04-23T12:34:00.000+07:002022-04-23T12:58:43.989+07:00Ada Hati Yang Harus Dijaga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZVSvO_2OYNm_5cK4ml07ga_VSIlb80080IYpA9nlhAr7mI2JNAbZXx-b_4S7RwfXPM66I5ME6fCvksthMwMzlyPqP0YjQZntyTb7iBd1hDeYjnZvbh7YWJHEsAVwgPFmK4H9oMkU1osY/s1600/1650691992591518-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZVSvO_2OYNm_5cK4ml07ga_VSIlb80080IYpA9nlhAr7mI2JNAbZXx-b_4S7RwfXPM66I5ME6fCvksthMwMzlyPqP0YjQZntyTb7iBd1hDeYjnZvbh7YWJHEsAVwgPFmK4H9oMkU1osY/s1600/1650691992591518-0.png" width="400">
</a>
</div>Deep talk dengan sahabat yang merupakan survivor KDRT, melabuhkan pada satu kesimpulan bahwa survivor kekerasan menjadi protektif pada orang-orang yang disayanginya, jika melihat tanda-tanda red flag*<div>Namun hal ini kadang menjadi bumerang untuk diri sendiri karena bagi yang tidak pernah dalam kondisi "tertekan" melihat reaksi kami adalah overprotektif, terlalu mengekang, tidak memaafkan pelaku, atau berprasangka buruk</div><div><br></div><div>Kami bisa tidak tidur berhari-hari jika saran dan larangan yang kami jabarkan pada orang-orang penting di hidup kami diabaikan. Kami bisa panik. Bisa tertrigger. Bisa insomnia. Menderita. </div><div>Bagai melihat lagi yang terjadi dulu akan terjadi lagi.</div><div><br></div><div>Aku, pribadi, jadi begitu kesal jika anak-anak mengejek jelek, bodoh atau bongak satu sama lain. "DI RUMAH INI TIDAK ADA YANG BONGAK ATAU BODOH ATAU JELEK YA! DI RUMAH INI DILARANG KATA-KATA SEPERTI ITU!"</div><div>Apalagi kalau tetangga yang ngatain anak-anak demikian. Cengeng atau kurus segala macam. Hati bergolak mendidih.</div><div>Bagi orang lain, mungkin reaksi ini terlalu berlebihan, tapi bagiku ini memunculkan perasaan lama yang buruk dan pedih.</div><div>Bertahun-tahun semenjak kecil dikatain, "Hidungmu pesek", "Badanmu seperti babi, "Nggak bisa ngapa-ngapain" itu meninggalkan luka dalam yang tidak bisa hilang. Setelah menjadi ibu, aku berjanji pada diri sendiri, hal-hal ini, perasaan-perasaan merasa buruk pada diri sendiri, tidak boleh dialami oleh anak-anak. Terlebih dari ibunya sendiri. Kalaupun tercetus dari mulutku ketika marah, seketika meminta maaf pada mereka. </div><div><br></div><div>Belakangan ini, tiba-tiba tertrigger dengan perasaaan "Aku tidak penting" ketika melarang seseorang melakukan sesuatu ketika melihat tanda-tanda red flag*.</div><div>Hari itu menjelang hari pertama puasa. Dan pertama kali pula ingin berkumpul dengannya untuk sahur bersama setelah sekian lama berpisah. Hari itu adalah hari penting buat diriku.</div><div>Ketika ia memutuskan untuk mengabaikan dan tidak datang sahur pertama puasa, seketika itu perasaan "Aku tidak penting" ini menyerang begitu saja.</div><div><div>Ia memilih mengabaikan dan hari itu aku menangis tersedu-sedu sepanjang hari.</div><div>Padahal belakangan sudah jarang menangis. Masalah apapun bisa diatasi tanpa menangis.</div></div><div> I've done everything for him but he ignores me.</div><div><br></div><div>Lucu ya bagaimana aku bisa mengatasi banyak chat customer toxic yang datang tapi begitu roboh ketika orang terdekat hanya satu saja, menjatuhkan perasaan.</div><div>Aku tahu aku akan memaafkannya, menyayanginya lagi lalu ia akan mengabaikan lagi. I hate that feeling. <br></div><div>Seolah-olah orang-orang seperti ini menusuk pisau ke jantung, menariknya, mengobatinya, menusuk lagi, menarik lagi begitu seterusnya. Menyayangi seharusnya tidak seperti itu.</div><div>Menyayangi seharusnya menjaga perasaan orang yang kita sayang.</div><div><br></div><div>Kata sahabatku si strongest woman, survivor KDRT bilang, kadang orang perlu disakiti berulang kali supaya dapat pelajarannya supaya ngerti. </div><div>Tapi pertanyaannya, ketika saat dia sudah mengerti, apa hatiku yang kujaga ini sudah kukunci rapat untuknya.</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div>Note</div><div>*<em>red flag</em> diartikan sebagai sebuah kondisi di mana muncul tanda-tanda bahwa hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik. Sumber: https://www.suara.com/lifestyle/2022/01/14/191129/red-flag-artinya-pertanda-bahaya-dalam-sebuah-hubungan-kenali-tandanya-agar-tidak-terjebak</div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-31026368745339560772022-04-15T05:41:00.003+07:002022-04-15T05:44:17.761+07:00Kembalinya aku?Yuhuuuuu, I'm back! Selamat sahur dan menjalankan ibadah puasa!<div><br></div><div>Sepertinya ide-ide liar mulai muncul kembali ke kepala untuk menulis. Setelah struggling merintis usaha cake beberapa tahun ini, sudah bisa mendelegasikan beberapa pekerjaan pada asisten, jadi bisa punya waktu luang sedikit untuk menulis lagi. Yesss ๐๐<div><br></div><div>So, I wanna talk about something about healing therapy with kids. Pengalaman personal bukan saran profesional hehehe.</div><span></span></div><a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2022/04/kembalinya-aku.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-5745024992298918022022-03-10T23:17:00.001+07:002022-03-10T23:23:51.964+07:00Tangis<p class="MsoNormal"></p><p class="MsoNormal"></p><p class="MsoNormal"><span style="color: #202124; font-family: inherit;"><span style="letter-spacing: 0.133333px;">Setengah jam sudah berlalu menemani si kelas 2 SD yang meraung-raung menangis dalam selimut. Tidak mau dipegang, tidak mau mendengar dan tidak mau dibujuk.ย </span></span></p><p></p><p class="MsoNormal"><span style="color: #202124; font-family: inherit;"><span style="letter-spacing: 0.133333px;">"Boo nggak mau sekolah! Bunda bilang nanti gurunya ganti! Tapi ini udah lama nggak juga ganti-ganti!"</span></span></p><p></p><p class="MsoNormal"><span style="color: #202124; font-family: inherit;"><span style="letter-spacing: 0.133333px;">"Iya, nanti gantinya bulan Juli. Masih ada 5 bulan lagi."</span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="color: #202124; font-family: inherit;"><span style="letter-spacing: 0.133333px;">"Boo mau quit school!"</span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="888" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi8k_Q_EBXkC52sTKjfjGikc3iwfKOujZ63p9ONQn4CSFQYGKdSLhva91hjVOOAWRWHOZPPjHdyTAzqbWLv-gOsEi6vo50NxbMjw3200fO5MiNMNon6c0KqqxNso0QbscsJgMMJ4EWX-micYEIyQuHx64mPS-B3GXKEslbyJnu-nA4if4XyY2U6IS9F=s320" width="247"></span></p><p class="MsoNormal"><span style="color: #202124; font-family: inherit;"><span style="letter-spacing: 0.133333px;"><span></span></span></span></p><a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2022/03/tangis.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-78046468439443956732017-11-19T17:02:00.003+07:002017-11-19T17:04:07.013+07:00Behind the oven @rumahkuemayya - Minnie Mouse Cake<div style="text-align: justify;">
Dibalik cake yang cantik, ada kangkueh yang ngantuk berat ๐ช</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWN47K9JIQcJWrlDB3ub2maFESl-G99ESWiFf72mms2LWZqlwXDoUyyPFJm4JyyAkPqocFF8cVF0tHxaxl8tsKd842PyvJDj4m4AfW6mzkopWzoc9e8_m-iXPU1Xhgg8Xhdw_nbKmIBI/s1600/VID_26420519_050622_856.mp4" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWN47K9JIQcJWrlDB3ub2maFESl-G99ESWiFf72mms2LWZqlwXDoUyyPFJm4JyyAkPqocFF8cVF0tHxaxl8tsKd842PyvJDj4m4AfW6mzkopWzoc9e8_m-iXPU1Xhgg8Xhdw_nbKmIBI/s320/VID_26420519_050622_856.mp4" width="320"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini figurin Minnie pertama kali buat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau mau bikin figurin itu, cari referensi dan harus diperhatiin: bagian mana yang sulit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2017/11/behind-oven-rumahkuemayya-minnie-mouse.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-67672128325390067302017-10-05T17:37:00.001+07:002017-10-05T17:40:26.550+07:00Dear My Son, BeeDear my son, Bee...<br>
<br>
Kita berdua, kamu dan Bunda, memiliki begitu banyak sifat yang sama, dan itu membuat kita berselisih lebih banyak.<br>
<br>
Engkau membenci hukumanku dan Bunda membenci hardikanmu.<br>
<br>
Biarkan Bunda tulis ini, sehingga di saat Bunda begitu marah kepadamu, Bunda bisa mengingat kebaikan dan kemurahan hatimu yang belum pernah Bunda alami sebelumnya.<br>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy1BD4rq6jOy2zgUk6gliG140CxKb3YixC2OYPMseE5YRVMPFDzXwfYaXy2qn_5pk8ZktOPlUh7OZsHM_JA0tMmZrUcXkJSZX1Loo9C-5KPu674QSNTUu8JTd2j9BwpVlenFU97XAbCxg/s1600/IMG_20171004_202724_814.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy1BD4rq6jOy2zgUk6gliG140CxKb3YixC2OYPMseE5YRVMPFDzXwfYaXy2qn_5pk8ZktOPlUh7OZsHM_JA0tMmZrUcXkJSZX1Loo9C-5KPu674QSNTUu8JTd2j9BwpVlenFU97XAbCxg/s320/IMG_20171004_202724_814.jpg" width="320"></a></div>
<br>
<br>
<a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2017/10/dear-my-son-bee.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-88360815845487834502016-11-22T11:59:00.002+07:002016-11-22T12:09:23.584+07:00Anakku, Kosongkan Gelasmu! <div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
Nak, terlalu banyak hal buruk yang pernah Bunda lalui di masa lalu, hingga pada suatu waktu Bunda pernah bertanya pada Allah, kenapa begitu buruk hidup yang ia berikan pada Bunda, padahal Bunda masih kanak-kanak untuk mengerti ini dan itu. </div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: center;">
***</div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
Bunda doakan kalian, anak-anakku, memiliki kserendahan hati dan kemuliaan akhlak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhlak yang memperlakukan orang tua selain orang tuamu dengan hormat dan berkata santun. Mendahulukan kepentingan orang banyak walaupun hanya hal sepele seperti memungut batu besar di jalan atau memungut sampah bungkus makanan yang terserak di dekat tong sampah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span style="text-align: justify;">Menahan pintu untuk orang yang berada di belakangmu.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
Bertenggang rasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bertoleransi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Rendah hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
Antri tanpa peduli seberapa pentingnya urusanmu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mengucapkan salam atau minta ijin memasuki rumah orang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tersenyum bahkan dengan orang yang tak engkau kenal. </div>
<div style="text-align: justify;">
Menahan diri berdebat walaupun engkau benar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Memberikan tempat duduk di bus. </div>
<div style="text-align: justify;">
Membantu bawaan wanita. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mengunjungi teman sejawatmu yang sakit, seringan apapun.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbmeB9OmHBpzIMJnSx2njyMevxdCnXF9sas7sYJ-53KqYnM6jt9y5v0HuuVT6ofNWjiP-mRi7fcIV9QYlwJA0Zfd8lrB25WuyWKrbbNJod41tLlpNA2t4Xb3DZLRbRqloxTriDPA6LlRk/s1600/4b3897cfa34da3591e694178f0274f78.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbmeB9OmHBpzIMJnSx2njyMevxdCnXF9sas7sYJ-53KqYnM6jt9y5v0HuuVT6ofNWjiP-mRi7fcIV9QYlwJA0Zfd8lrB25WuyWKrbbNJod41tLlpNA2t4Xb3DZLRbRqloxTriDPA6LlRk/s400/4b3897cfa34da3591e694178f0274f78.jpg" width="283" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Membawakan buah atau sekedar datang ketika istri rekan sejawatmu atau rekan sejawatmu yang perempuan melahirkan. Ingatlah, menjadi Ibu itu butuh penghiburan dan perhatian. Sekecil apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ramah pada anak-anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sholat shubuh di mesjid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengosongkan gelas ilmu yang ada di hatimu ketika bertemu orang baru. Rendah hatilah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika orang lain berbuat salah padamu, salahkan tabiatnya. Bukan suku atau agamanya. Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita mengasihi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Berprasangka baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mendekatkan diri pada teman-teman berpengaruh baik dan jaga jarak dengan teman-teman berpengaruh buruk, namun tetap berteman baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jika marah, pikirkanlah apakah hal itu penting 5 tahun lagi. Jika penting, marahlah. Jika tidak penting, enyahkanlah amarahmu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kerjakanlah ibadah sunah. Itu menentramkan hatimu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Utarakan maksudmu tanpa menyinggung. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jika tidak bisa menolong kesulitan orang lain, tunjukkan rasa empatimu dengan tulus. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sedekah rutin. Itu melembutkan hatimu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bantulah istrimu terlebih ketika ia hamil dan mengurusi anak-anakmu. Pijitlah badannya. Bawakan ia makanan sepulang engkau kerja. Belikan ia barang kesukaannya sesekali. Bawalah ia bepergian, libur dari rutinitasnya. Perempuan jadi aneh kalau terlalu lama terkungkung dalam rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gantung handuk pada tempatnya, maka istrimu tak perlu mencerewetimu hari itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Telponlah ibumu sesekali. Ia rindu suaramu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ajarkan anak-anakmu aqidah akhlak, puasa, mengaji dan sholat lima waktu. Keraslah untuk urusan itu. Bekal itulah yang bisa engkau tinggalkan untuk anakmu kelak jika ia jauh atau engkau tiada. Bekal itulah yang menjaganya agar tetap di jalan lurus.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apapun yang orang lain pikirkan tentangmu, bukanlah urusanmu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kamulah yang memiliki kuasa atas kebahagiaanmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebahagiaan bukan untuk dicari, namun mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan padamu. </div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sekian lama, Bunda tahu jawabannya. Allah tidak memberikan hidup yang buruk untuk Bunda. Allah begitu sayang pada Bunda, ia ingin hidup Bunda bahagia bersama Ayah dan kalian, sehingga ia menguji Bunda agar Bunda pantas untuk itu, agar Bunda mengambil pelajaran. Allah ingin Bunda selalu mengingatNya dalam kondisi apapun. Ia tak ingin Bunda berputus asa.</div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
Ingatlah Nak, seburuk apapun kondisi yang kalian alami ketika membaca ini, bersujudlah. Jika masih belum tenang hatimu, kajilah Qur'an. Jawabannya ada disana. Bunda yakin, kalian bisa menemukan jalan keluarnya dengan jalan yang Allah ridhoi. </div>
</div>
Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-67072820271898414822016-11-05T23:14:00.001+07:002016-11-21T21:38:53.430+07:00Akit, Nda? <p dir="ltr">Selain jadi baker-at-home mom, si emak ini seringkali jadi tukang-garuk-punggung-gatal-pribadi-Boo.<br>
Jadi kemarin, udah limit badan banget, begadang 4 hari dan sakit kepala datang.<br>
"Boo, biarkan bunda tidur dulu sebentar ya, kepala bunda sakit. "<br>
"(S)akit, (Bu)nda?" Si bocah 3 tahun itu menyuruh saya telungkup dengan menggulingkan badan saya. <br>
Diambilnya bedak dan ditaburkannya di punggung, lalu digaruknya. Lebih tepatnya mengelus. <br>
Elusan tangan mungilnya dan hangatnya bedak gatal itu membuat badan rileks dan tertidur.</p>
<p dir="ltr">Tersentak. Teringat cake yang sedang dikerjakan asisten belum kelar. <br>
"(Bu)Nda bangun? Bobok... "<br>
Digulingkannya badan saya lagi, ditaburkannya bedak, dielusnya lagi sampai saya tertidur lagi. <br>
Jelang 1/2 jam saya terbangun tanpa sakit kepala. </p>
<p dir="ltr">Saya gendong Boo dan cium-cium.<br>
"Makasih ya Nak!"<br>
"(Bu)Nda ndak sakit lagi? Dah sembuh?"</p>
<p dir="ltr">Terima kasih sudah mencintai Bunda banyak-banyak.<br>
Dulu Bunda sering berpikir entah apa gunanya Bunda lahir. Betapa sia-sianya arti hidup Bunda, tumbuh tanpa cinta. </p>
<p dir="ltr">Sekarang Bunda tahu, Bunda lahir untuk menjadi Bunda kalian. Untuk belajar menjadi manusia. Untuk belajar mencintai. </p>
<p dir="ltr">Bunda mungkin kesepian tanpa teman, tapi kalian akan selalu ada di hati Bunda. Kini Bunda tak perlu bertanya apa arti hidup. Kalian adalah hidup Bunda. <br>
</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3G5kE_Du64nrL1Ek_HVVc8S8PNhL99qaEbWwZITxA2IDiqSsLQ2vYBxKn6B_awVgBPWETby8Ula-gdlpZRYr2oqZGRVp7jqlPVllKP47GZQSqLChnEx4HA87PmEkgfijO_GIj9J_UFTI/s1600/0518ffb01f9f10da426faedc2dbec892.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3G5kE_Du64nrL1Ek_HVVc8S8PNhL99qaEbWwZITxA2IDiqSsLQ2vYBxKn6B_awVgBPWETby8Ula-gdlpZRYr2oqZGRVp7jqlPVllKP47GZQSqLChnEx4HA87PmEkgfijO_GIj9J_UFTI/s640/0518ffb01f9f10da426faedc2dbec892.jpg"> </a> </div>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-14832731323540302092016-10-15T12:11:00.002+07:002016-10-15T12:11:26.200+07:00Bunda Nggak Penting! <div dir="ltr">
Tiba-tiba aja air mata deras gitu aja tanpa kontrol. Si anak 7 tahun itu mendelik matanya ketika emaknya ini suruh siap-siap tidur. Entah karena badan sudah terlalu letih,ย atau karena sudah terlalu sering dibantah, akhirnya emosi tumpah. Fondan yang udah siap untuk dikover ke cake akhirnya dibenyek-benyek pakai rolling pin. Sambil nangis. Kesal.</div>
<div dir="ltr">
</div>
<a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2016/10/bunda-nggak-penting.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-59411625763270686672016-09-11T11:58:00.000+07:002016-09-13T12:01:04.480+07:00"Singapura, Seru Bareng!" Travel Fair<div dir="ltr">
Tanggal 10 September lalu,ย saya beruntung bisa menghadiri undangan <a href="http://www.yoursingapore.com/">Singapore Tourism Board</a> sebagai salah satu blogger (emak-emak) untuk menghadiri Press Conference "Singapura,ย Seru Bareng!" Travel Fair di Molecule Gastro Bar,ย Novotel Pekanbaru.</div>
<div dir="ltr">
<br>
</div><a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2016/09/singapura-seru-bareng-travel-fair.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-26465569624807690702016-07-20T16:02:00.001+07:002016-07-20T16:20:13.539+07:00Percakapan Kecil<div dir="ltr">
<i>Hari pertama sekolah.</i><br>
<i>Anak-anak. </i><br>
<i>Lebih banyak ibu-ibu.</i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i>
<i>Bee bertanya, "Bagaimana cara mendapatkan teman, Bun?"</i><br>
<i>"Coba yang paling mudah, tanya nama teman sebangku. Bee pasti bisa. " Aku usap kepalanya. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Kuatkan dirimu, May. Kamu tidak seaneh itu. Kamu tidak sejelek itu. Kamu berharga. </i><br>
<i>Kamu juga bisa mendapatkan teman. Di lautan para ibu ini. </i><br>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwLGUtO2cULgx8jwYNv74XKArIN_qMQuaeFiETA4hbGi9cahlwCZ__C5I1uLp5LfCBDJnkNFcFJrF6APEH134cjp9hVzjvd0E0mWajO9zW6NXBBLQq2zOpOF2xEaO8UVxtck31-pAw-4s/s1600/90781bde4efba0de0bd98c3b435e87fe.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwLGUtO2cULgx8jwYNv74XKArIN_qMQuaeFiETA4hbGi9cahlwCZ__C5I1uLp5LfCBDJnkNFcFJrF6APEH134cjp9hVzjvd0E0mWajO9zW6NXBBLQq2zOpOF2xEaO8UVxtck31-pAw-4s/s640/90781bde4efba0de0bd98c3b435e87fe.jpg"></a></div>
<br>
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i></i></div>
<a name="more"></a><i><br></i>
<div dir="ltr">
<i>Mereka melihatku dengan tatapan itu. Iya, aku aneh. Jangan lihat mata mereka. Lihat ke bawah. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Kamu lupa tersenyum, May. Senyumlah. Kata suamimu, senyummu indah. Ingat kata wali kelas SMP-mu dulu? Katanya senyummu manis, tapi kamu jarang tersenyum. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Mereka tertawa bersama. Aku sendirian. Mereka lebih baik tanpa aku. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Kamu lihat Bee? Apa yang ingin kamu lihat? Bee yang punya banyak teman? Tertawa tanpa beban? </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Iya. Aku ingin Bee begitu. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Berikan ia contoh. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Aku tidak bisa. Ini begitu sulit. </i></div>
<div dir="ltr">
<i><br></i></div>
<div dir="ltr">
<i>Coba lagi besok. Mulailah percakapan kecil. Setidaknya mulai dengan pertanyaan, "Kelas 1A atau 1B anaknya, Kak?"</i> <br>
<i>Siapapun pasti akan menjawab. Mereka suka diperhatikan.</i><br>
<i>Ayo, coba lagi besok. Kamu pasti bisa.</i></div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: center;">
<i>~~~</i></div>
Anak-anak yang dibesarkan dengan kata-kata negatif berulangkali akan terformat pada dirinya hingga ia dewasa.<br>
<div dir="ltr">
<br>
Rendah diri dan sulit bersosialisasi adalah dampak jangka panjang akibat kekerasan verbal ini. </div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Sebaliknya, anak-anak akan mengingat pula kata-kata baik yang dilontarkan orang dewasa di sekitarnya.</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
"Cengeng!" (mengata-ngatai anak) <br>
diganti dengan :<br>
"Kalau menangis, kita tidak bisa selesaikan. Ayo hapus air matanya. Kita kerjakan sama-sama. "</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
"Masa ini aja nggak bisa dikerjakan?" (meremehkan anak) <br>
diganti dengan :<br>
"Yang mana yang susah? Coba Bunda ajarkan pelan-pelan... "</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
"Kamu nggak bisa diatur! " (melabeli anak) diganti dengan :<br>
"Sekarang kamu mandi, jika dalam hitungan 3, tidak masuk kamar mandi, terpaksa Bunda beri hukuman. "</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Ayo kita berusaha menjadi orang tua yang lebih bijak. </div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Catatan:</div>
<div dir="ltr">
Pengasuhan buruk yang meninggalkan trauma kekerasan masa kecil dapat dibaca <a href="http://www.morningraindrops.com/search/label/Stop%20Child%20Abuse">disini</a></div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br></div>
Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-23935052228803912892016-06-22T22:33:00.001+07:002016-06-22T22:34:12.525+07:00Tanpa Prasangka<p dir="ltr">"Kamu nggak makan, May? "<br>
"Nggak. Lagi puasa! "<br>
"Ah, maaf! Aku lupa kamu lagi puasa!"</p>
<p dir="ltr">Sang kawan segera menyembunyikan makanannya. Jam segitu adalah jam makan siang di sekolah kami. Sekolah SMP swasta Katolik. Hari itu adalah hari di bulan Ramadhan. Saya dan 2 teman lainnya berpuasa di tengah 43 teman lainnya yang non-muslim.</p>
<p dir="ltr">Lebaran adalah hari paling bahagia buat saya. Teman-teman non-muslim akan memberikan begitu banyak kartu lebaran. Saya suka menyimpannya tahun demi tahun. </p>
<p dir="ltr">Tahun ini, di tengah bulan Ramadhan juga, sosial media gempar dengan warung yang buka di bulan puasa. Namun yang membuat hati sedih, ketika saatnya menahan diri dari nafsu, komentar akan hal ini malah tidak mencerminkan sucinya berpuasa. <br>
Saling perang meme, membenarkan agama versinya sendiri dengan menuding saudaranya yang lain. Sesama muslim. </p>
<p dir="ltr">Rindu. <br>
Saya rindu kartu-kartu lebaran itu. <br>
Saya rindu perjuangan kami berpuasa saat itu.<br>
Puasa tanpa prasangka.<br></p>
<p dir="ltr">***</p>
<p dir="ltr">Apa kabar teman-teman? Semoga puasa tahun ini lancar yaaa! Mohon maaf lahir dan batin! </p>
Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-5862130808619793112016-03-24T10:00:00.000+07:002016-03-24T10:00:13.414+07:00BELAJAR KEBIASAAN BAIK - PART 1<div style="text-align: justify;">
Siapa sih yang nggak gondok ketika kita ngantri di kasir lalu sekonyong-konyongย antrian kita disalip gitu aja? Atau ketika penumpang di mobil di depan kita buang sampah dari jendela? Atau temen kos yang selalu nggak siram toilet setelah buang air kecil?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasti pernah ngalamin kan? Kan? Kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Percaya nggak percaya biasanya yang melakukan hal-hal buruk itu nggak sadar kalau yang dilakukannya buruk. Karena apa? Karena kebiasaan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: center;">
*** </div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, ada juga paradigma di masyarakat, kalau nggak punya anak perempuan, si ibu siap-siaplah jadi 'babu'. Karena anak laki-laki nggak bisa seperti anak perempuan yang bisa membersihkan rumah atau bahkan dirinya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal kalau kita sering nonton di film-film luar sonoh, lelakinya malah lebih bisa diandalkan untuk urusan bantu-membantu. Tentu saja alasannya karena kebiasaan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Masyarakat kita dahulu terbiasa mendidik anak laki-laki dimanja ibu. Saya bahkan sempat terdoktrin pandangan seperti, "Selagi masih ada perempuan, pantang laki-laki memegang sapu." Memang sih budaya patrilineal kita sangat kental sampai-sampai masalah gender ini jadi 'pemisah' bahwa laki-laki nggak pantas mengerjakan pekerjaan perempuan.ย </div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal walaupun laki-laki bisa melakukan pekerjaan perempuan, nggak mengurangi kejantanannya kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah saja suka membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah!</div>
<div style="text-align: justify;">
Justru itulah yang membuat istri makin cinta pada suami! << abaikan kalimat inih! <i>*lirik hubby*</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah kebiasaan ini ternyata meninggalkan pengaruh pada sebagian besar diri saya. Apalagi tinggal hanya berdua dengan suami tanpa ada keluarga lain yang membantu ataupun ART, selama hamil dan setelah melahirkan, mengerjakan tugas rumah tangga sendiri adalah suatu hal yang sangat berat dan bikin termehek-mehek alias stres. Suami yang tidak terbiasa mengerjakan ini itu, akhirnya bisa membiasakan diri melakukannya demi cintanya pada istri <i>*eciyeee...*</i><br>
</div>
<div style="text-align: center;">
***<br>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan begitulah, semenjak balita, ada kebiasaan-kebiasaan baik yang sebaiknya saya ajarkan untuk kedua bocah lelaki kami.<br>
Selain bermanfaat bagi kesehatan dan kebersihan mereka, kebiasaan-kebiasaan baik ini memudahkan hidup mereka kelak, juga memudahkan hidup orang lain di sekitarnya, dimana pun mereka tinggal. Boleh dibilang, sebagai persiapan mereka kelak jika mereka sudah merantau kemana-mana (Haduuh, jauh banget ya pikiran eyke!). Susyaaaah memang, kadang rasanya ingin nyerah gitu aja. Tapi bakalan lebih susah lagi kalau mereka sudah terlanjur dewasa.<br>
<br>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJCanRXn1R14a3b3t7FabIVBv2cFaeUZ5xtuTAEiOV3GV8CRcGxvJ7BeVY_5UXC3Lou3NVEnbYKUUkrHK2FcrW-ynKLHVXNTBwuKvAu_TX-uktl9P8RvAB_pu6sp1mMQEuHbZS-5xO7ug/s1600/belajar+kebiasaan+baik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJCanRXn1R14a3b3t7FabIVBv2cFaeUZ5xtuTAEiOV3GV8CRcGxvJ7BeVY_5UXC3Lou3NVEnbYKUUkrHK2FcrW-ynKLHVXNTBwuKvAu_TX-uktl9P8RvAB_pu6sp1mMQEuHbZS-5xO7ug/s1600/belajar+kebiasaan+baik.jpg"></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2016/03/belajar-kebiasaan-baik-part-1.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6685291794869295847.post-72080642554258952652016-03-11T05:50:00.000+07:002016-03-19T05:54:09.504+07:00Manfaat Mengatur Pola Tidur Anak<div style="text-align: justify;">
Rasa senang karena dianugerahi dua buah hati yang sehat dan pandai memang tidak ada duanya. Setiap detik pertumbuhan Bee dan Boo rasanya tentu tidak ingin saya lewatkan. Sebagai orangtua, rasanya saya tentu harus belajar seumur hidup demi memberikan yang terbaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhStGE13S_pzyMqsUmlLb9mytNKeq7PUXrDC0cz-PRjMfRNaZlGgzYnN30Xgp0_3wX9YZJAy_ch96Doz3lMzyqesZZQKO4AEcZej5MYlbINBnxVqmdyXaOCf-mRc554ECXlJ2UrSjA1unw/s1600/gambar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhStGE13S_pzyMqsUmlLb9mytNKeq7PUXrDC0cz-PRjMfRNaZlGgzYnN30Xgp0_3wX9YZJAy_ch96Doz3lMzyqesZZQKO4AEcZej5MYlbINBnxVqmdyXaOCf-mRc554ECXlJ2UrSjA1unw/s1600/gambar.jpg"></a></div>
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali hal kecil yang akhir-akhir ini saya perhatikan dari Bee dan Boo. Ketika keduanya kurang tidur, mereka akan merasa kurang bersemangat saat menjalankan aktivitas di siang hari. Jadi, apakah mengatur pola tidur anak memang ada manfaatnya? Bagaimana caranya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br>
</div><a href="https://morningraindrops.blogspot.com/2016/03/manfaat-mengatur-pola-tidur-anak.html#more">continue >></a>Mayyahttp://www.blogger.com/profile/03727721745374047018noreply@blogger.com6